Jogar Garut, Pelantikan Presiden Terpilih Harus Tetap Berjalan Apapun Yang Terjadi

FOKUS, POLITIK1,250 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Maraknya aksi protes yang sekarang ini terjadi tak bisa dipandang sebelah mata. Gerakan mahasiswa yang awalnya dianggap refleksi original dan genius gerakan mahasiswa atas ketidak setujuan terhadap disahkannya beberapa RUU yang dianggap kontraversial yakni RUU KPK dan KUHP.  Kini membias dan mengalami pergeseran pada isu pembatalan pelantikan dan bahkan pelengseran (impeacment) Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin.

Menyikapi hal tersebut, Ketua Relawan Jokowi Garut (JOGAR) Yudi Lasminingrat, mengatakan, meskipun gerakan ini adalah respon wajar dinegara manapun yang menjadikan demokrasi sebagai format dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Awalnya mungkin kita sebagai masyarakat setuju dengan gerakan itu dan mengasumsikan bahwa gerakan mahasiswa adalah gerakan idealis – moralis – strategis yang sangat terjaga dari politic of interest, terprotek dari infiltrasi kekuatan free rider (penunggang Gelap). Dengan menepis semua narasi yang mencampur adukan isu strategis dengan embel-embel narasi yang nyinyir bahkan mengkerdilkan gerakan moral mahasiswa,” ucap Ketua Jogar, Yudi Nugraha Lasminingrat, Jum’at (04/10).

Tetapi kata Yudi, pasca gelombang aksi tanggal 23-24 september itu berlalu, setelah mengikuti perkembangan kita baru menyadari bahwa terutama dari berita langsung maupun dari media elektronik dan medsos berupa testimoni pelaku aksi. Bahwa pihak APH baik POLRI maupun TNI dan tim intelejennya, menemukan fakta fakta yang mengejutkan bahwa originalitas yang menjadi presumsi awal kita terhadap gerakan mahasiswa.

Lanjutnya, penolakan sejumlah RUU oleh siswa dan masyarakat, menjadi seolah kabur bahkan didapat banyak penunggang gelap didalamnya, dengan memanfaatkan keadaan dan menjadi ruet bahkan mengarah pada gerakan penggagalan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada tanggal 20 oktober nanti.

“Pengesahan Revisi UU KPK dan RKUHP yang dilakukan oleh DPR dan pemerintah, telah dijadikan sebuah triger bagi maraknya gelombang aksi massa yang hampir terjadi di seluruh kota-kota besar di Indonesia. lahirlah narasi yang memojokan mahasiswa, sejalan dengan aksi massa yang meluber ke mana-mana. Mulai dari disusupi Taliban, kaum Islamis, HTI, sampai pada isu penggagalan pelantikan Jokowi,” katanya.

Ketua Relawan Jogar juga mengatakan, ada pergeseran substansi atas narasi objektif yang dilakukan mahasiswa, bahkan tidak bisa dipungkiri gerakan ini sudah secara sitematis, terencana dan masif di tunggang oleh kelompok yang selama ini hanya berani main belakang, lempar batu sembunyi tangan, tanpa berani face a face karena memang sejatinya mereka adalah para pencundang yang sudah kalah tapi tetap penasaran.

“Bagi kami Jogar , tidak akan galau dengan demontrasi mahasiswa itu karena sepanjang gerakan itu murni dan terbebas dari black rider. Karena aksi massa bukan sesuatu yang tabu dan selalu hadir di belahan dunia mana pun. Aksi massa adalah sesuatu yang alami saat ruang-ruang dialog tersumbat, aspirasi diabaikan, dan ketika para pengambil kebijakan menistakan akal sehat. Meski demikan kami berharap mahassiswa mau membuka mata bahwa ada fakta lain yang mendompleng kemurnian gerakan mahasiswa tersebut,” kata Yudi.

Yudi juga menghimbau kepada mahasiswa khususnya untuk konsisten melakukan gerakan kritisisme, memberikan masukan yang original yang posistif dan solutif dengan terlebih dulu memahami secara tekstual maupun kontektual persoalan yang dihadapi terutama soal gerakan penolakan terhadap rencana pengesahan dan pemberlakuan sejumlah RUU sehingga tidak mudah terprovokasi bahkan menjadi alat tunggangan bagi kelompok kadal gurun yang sebentar lagi akan mati penasaran.

“Kami meminta kepada Aparat penegak hukum terutama TNI dan POLRI untuk senantiasa waspada mengahadapi gerakan laten yang temporer hingga proses pelantikan presiden dan wakil presiden tiba. Dan meminta kepada TNI dan PolrI seluruh di indonesia yang sedang menjalankan tugas untuk lebih bersabar dalam menghadapi segala bentuk teror / kecaman/hujatan dilapangan dalam menghadapi reaksi spontanitas para demonstran, kedepankan sikap profesionalitas dan hindari tindakan refresiv yang akan memancing reaksi lebih besar atas akumulasi kekecewaan mahasiswa dan masyarakat luas.

Ketua Jogar berharap, gelombang aksi mahasiswa dan masyarakat umum perlahan demi perlahan berhenti, karena sejatinya penolakan terhadap RUU sangatlah berbeda dengan penolakan terhadap pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin. (Firman)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *