Diantara Pelepas Dahaga Modern, Warga Karangpawitan Garut Ini Tetap Bertahan Jualan Air Nira

GARUT KOTA1,779 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Seorang lelaki tampak sedang bersandar di pagar Makodim 0611 Garut, Jalan Veteran, Kecamatan Garut Kota, Jumat (02/08). Di samping kanannya tampak dua ruas bambu besar setinggi sekitar 125 sentimeter (cm) dengan diameter 15-20 cm. Bagian atas bambu ditutup plastik disatukan dengan ikatan karet. Dari atas dan bawah bambu tersebut terdapat jalinan tali yang digunakan untuk mencangklong dua ruas bambu itu di pundaknya.

Adalah Didin (36) warga Kampung Genteng RT02/11, Desa Tanjungsari, Kecamatan Karangpawitan, yang hingga kini tetap setia berjualan air nira aren. Tak hanya menjualnya secara keliling, cai (air) nila aren yang dijualnya juga diproduksi sendiri. Didin mengaku telah menekuni usahanya ini sejak dua tahun lalu.

Didin, mengaku sebelum terjun berjualan Air Nira dirinya sempat bekerja sebagai buruh bangunan.

“Berjualan air nira aren keuntungannya besar dari pada dibuat menjadi gula aren.
Lahang cai kawung atau air nira aren saat ini sudah mulai langka. Padahal minuman tradisional yang satu ini dikenal memiliki khasiat menjaga kebugaran tubuh,” ujarnya kepada hariangarut-news.com, Jumat (02/08).

Untuk memasarkannya, kata Didin, tiap pagi dia menenteng lodong atau wadah yang terbuat dari bambu berisi air nira aren tersebut. Biasanya Didin berjualan disekitar
Alun-Alun Garut, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Cimanuk.

“Saya jualannya di sekitaran Garut Kota mulai berangkat jam seginian, jam (pukul) 11.00 WIB. Kalau berangkat pagi-pagi, enggak bisa kita mah. Kan pagi-pagi air niranya harus dimasak dulu. Untuk satu lodong bambu bisa menghasilkan 40 gelas air nira aren, dan saya jual Rp2.500/gelas. Jadi dalam satu lodong atau sekitar 6 letter bisa menghasilkan uang Rp80.000,” tuturnya.

Secara ekonomi, kata Didin, menjual air nira aren lebih menjanjikan, dibandingkan jika dibuat menjadi gula. Dikatakan Didin, air nira aren juga memiliki khasiat untuk kebugaran tubuh dan menyembuhkan maag, sakit badan juga melancarkan air kencing.

“Kalau satu lodong air nira aren dibuat gula paling hanya menghasilkan 2 kilogram gula aren, harganya hanya Rp25.000/kg, jadi untuk satu lodong jika dibuat gula aren hanya jadi uang Rp50.000,” pungkasnya. (Gie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *