Dituduh Akan Menyebarkan Virus Corona, Warga Tarogong Garut Ini “Terusir” dari Lingkungannya

FOKUS6,687 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Maraknya wabah Corona Virus Disease (Covid-19) sekarang ini menimbulkan dampak sosial yang sangat signifikan, fenomena virus ini sangat berpengaruh pada sendi-sendi kehidupan di lingkungan masyarakat, mulai dari hubungan sosial sampai kepada ekonomi sebagai kebutuhan dasar. Bahkan tak jarang orang satu sama lain saling curiga, was-was, ketakutan, hingga saling sangka akan menyebarkan atau menularkan virus Corona tersebut.

Bukan tanpa alasan antar orang saling takut, masyarakat mengira virus bisa tertular dimana saja. Memang ada benarnya, tetapi ini perlu diberikan edukasi, pemahaman juga terhadap masyarakat yang awam akan dunia kesehatan, seperti apa penularan Covid-19 yang sebenarnya terjadi. Sepertinya, harus ada pemahaman yang pasti tersampaikan oleh pemerintah setempat kepada seluruh masyarakat, bagaimana dan dari mana virus tersebut masuk dalam tubuh manusia. Kalau masyarakat tidak paham, hal ini menjadi kesenjangan sosial apabila dengan gampang warga masyarakat memvonis orang sebagai penyebar virus tanpa diketahui seperti apa itu terjadi.

Seperti halnya yang terjadi kepada Imas Ratih (34), warga Kampung Babakan Pasantren RT 01/9, Kelurahan Pananjung, Kecamatan Tarogong Kaler. Hanya karena sebelumnya dia suka mengurus warga yang berobat ke RSUD dr Slamet, pengurus setempat dan warga menuduh serta merasa takut Imas Ratih akan menularkan penyakit Covid-19 dan membawa virus corona ke lingkungannnya. Jelas, dalam hal ini Covid-19 telah memicu efek bola salju pada kehidupan sosial masyarakat Garut.

Sontak dirinya merasa terteror dan dimarjinalkan dengan kondisi tersebut. Diakui Imas, dirinya memang suka membantu memfasilitasi warga yang membutuhkan dampingan ke Balai Desa, Kantor Kecamatan, pengobatan ke Puskesmas, RSUD ataupun membantu mengurus BPJS. Tapi kata dia, sejak ada himbauan dari Pemkab Garut terkait social distancing untuk menghindari kerumunan, Imas tidak lagi pernah keluar rumah.

“Sebelumnya saya kan sering ke rumah sakit mendampingi orang yang butuh bantuan, tapi sudah lama tidak keluar sejak ramai masalah wabah Corona ini. Cuma terakhir pada awal bulan lalu pernah ke Bandung untuk boking jadwal, itupun tidak lama hanya setengah jam saja dan pulang lagi ke Garut. Saya benar-benar dalam kondisi sehat, tidak merasakan apapun,” ucap Imas, Selasa (31/03).

Setelah itu, kata Imas, sore harinya suami Imas, Asep Supriatna, dipanggil pengurus setempat terkait masalah kepergiannya ke Bandung. Tiga hari setelah itu, lanjutnya, pada pagi buta keluarganya kedatangan Ketua RW dan RT mempertanyakan aktivitas dirinya.

“Saya jawab tidak kemana-mana karena memang tidak pergi sama sekali, hanya waktu hari Selasa waktu itu saja. Nah kemarin saya pergi ke kantor kecamatan untuk ambil Akta Kelahiran, ada tetangga belakang rumah yang tahu berangkat dari rumah, mungkin mengira ke rumah sakit padahal pergi ke kecamatan,” bebernya.

Sepeninggalnya dari rumah ke kecamatan, kata Imas, keluarganya mengatakan bahwa baru saja ada tetangganya yang mengamuk, bahkan orang tua Imas sampai menangis.

“Uwak saya bilang, ibu saya sampai nangis mendengar ocehan tetangga tersebut, bahkan lewat rumahnya saja tidak boleh. Untuk saat ini saya putuskan untuk meninggalkan rumah, karena sikap dari tetangga dan pengurus setempat. Jujur saja saya merasa terkucilkan. Saya berharap, persoalan ini bisa dimediasi oleh pengurus yang lebih berwenang agar saya bisa kembali ke keluarga saya,” harap Imas Ratih.

Terpisah, sementara Camat Tarogong Kaler, Drs Saefurohman M Si saat dikonfirmasi hariangarutnews.com terkait adanya warganya yang terusir akibat dampak sosial merebaknya wabah corona, dirinya mengatakan belum mengetahui kejadian tersebut. (Igie-Ndy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *