Catatan Redaksi : Garut Diserbu Mal, Bagaimana dengan Pasar Tradisional?

FOKUS7,160 views

Oleh : Igie N. Rukmana, S.Kom | Pimpinan Redaksi Harian Garut News

HARIANGARUTNEWS.COM – Kabupaten Garut menjadi bidikan pasar modern karena kawasan ini dinilai tumbuh secara atraktif di Jawa Barat, khususnya bagian Selatan. Di wilayah yang populer dengan sentra kulit dan kulinernya ini mencakup 42 kecamatan dengan dihuni sekitar 2,9 juta jiwa. Garut yang terkenal dengan obyek wisatanya mempunyai pasar yang luar biasa.

Akhir-akhir ini, Garut sebagaimana kota lain di Indonesia tak terlepas dari serbuan mal. Mal-mal baru ini, bersama mal-mal yang sudah ada, percaya diri pada tingkat daya beli kelas menengah di Kabupaten Garut. Kondisi semacam ini menumbuhkan inisiatif lokal untuk membendung tumbuhnya pasar modern dengan membuat peraturan daerah yang lebih memihak kepada keberadaan pasar tradisional.

Untuk membangkitkan pasar tradisional dibutuhkan upaya serius dari pemerintah daerah. Perda merupakan bentuk intervensi pemerintah guna melindungi usaha kecil mikro termasuk pedagang pasar. Intervensi semacam ini dilakukan, karena membiarkan para pengusaha kecil bersaing dengan kekuatan ekonomi global sama dengan mematikan potensi lokal.

Kalau Pemerintah Daerah membiarkan pengusaha kecil atau mikro bersaing dengan kekuatan global, sama saja dengan membunuh mereka. Intinya harus dilindungi, dan cara paling efektif yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan membuat regulasi dan menegakkannya.

UKM, kalau tidak diintervensi tidak akan berkembang. Memang begitu rumusnya. Karena itu, pemerintah kemudian harus membuat kebijakan sehingga pasar tradisional bisa berkembang. Artinya, pasar tradisional harus  dilindungi dan pasar modern harus dibatasi agar pasar tradional tidak terpinggirkan.

Produk dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun barang sekunder, jika tidak dilindungi dengan membatasi berdirinya supermarket dan mal di Kabupaten Garut, bisa terpinggirkan secara ekonomi. Kalau mengikuti kemauan (pe)modal besar, mereka ingin Garut ini bisa dipenuhi mal. Tapi, rakyat yang merasa terpinggirkan akan komplain.

Bagaimanapun juga, penguatan pasar tradisional menjadi keharusan. Karena itu, fasilitas di pasar tradisional harus direvitalisasi agar bersih, tertata, dan tidak bau. Ini dilakukan dengan harapan dapat memunculkan citra pasar yang baik, sehingga mendorong warga tetap berbelanja di pasar tradisional.

Kalau fasilitasnya diperbaiki menjadi bersih, rapi, tidak bau.  Produk yang lebih baik akan memunculkan brand pasar yang baik. Brand image yang baik membuat orang datang berbondong-bondong. Itulah yang kita harapkan akan memunculnya brand yang baik. Kalau ada pasar yang bersih supermaketnya juga bersih, kalau ada mal yang bersih pasarnya lebih bersih. Nanti akan ke situ. Tapi, kalau pasarnya dibiarkan remuk-remukkan siapa yang mau datang.

Disini saya tidak mengganggap pusat perbelanjaan modern sebagai saingan. Karena pasar tradisional mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh supermarket atau mal. Namun, ada beberapa sektor yang agak sedikit tergerus yakni untuk kebutuhan sandang, sebagian orang sudah mulai branding sendiri tokonya melalui kemasan.

Kalau pasar tradisional bersaing secara apple to apple dengan pasar modern pasti kalah, hanya saja ada tiga keunggulan yang tidak dimiliki mal dan sejenisnya. Keunggulan tersebut mempunyai segmentasi konsumen tersendiri, lalu lokasi pasar yang dekat serta menyebar di berbagai tempat sehingga bisa langsung menjangkau konsumen. Kemudian, tidak semua orang mampu belanja ke mal dan di pasar tradisional terjadi tawar menawar yang bisa diterima kedua pihak antara penjual dan pembeli.

Walaupun tidak akan sama kualitasnya, akan tetapi peran pasar sebagai suatu tempat orang mencukupi kebutuhannya tetap bertahan. Seperti halnya Garut Plaza, meski banyak hadir mal modern di Kota Garut dengan segala kecanggihan fasilitas didalamnya, namun pusat perbelanjaan masyarakat lokal ini tetap eksis. Bahkan aktivitas perekonomian dan jumlah karyawan yang bekerja disana pun tak berkurang. Hal ini membuktikan jika pusat perbelanjaan klasik ini masih tetap digemari meski tidak memiliki kenyamanan dengan fasilitas AC, ekskalator, serta tempat hiburan yang beragam. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *