Kabupaten Garut Dari Masa Ke Masa

Oleh : Junaidin Basri ( Ketua KPU kabupaten Garut )

 

208 tahun sudah usia administrativ Kabupaten Garut terhitung sejak Bupati R.A.A Adiwijaya dilantik pada hari antara 16 Pebruari 1813 s.d 15 September 1918. Dalam situs resmi Pemda Garut di jelaskan ada beberapa versi tentang penetapan hari jadi Garut. Pertama, mengacu pada peristiwa penggantian nama Kebupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut yang jatuh pada tanggal 17 mei 1913. Kedua, 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 sebagaimana tulisan kata “Garut” yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Ketiga, mengacu pada PERDA Kab. DT II Garut No. 11 Tahun 1981 tentang Penetapan Hari Jadi Garut yang diundangkan dalam Lembaran Daerah pada tanggal 30 Januari 1982, menyatakan bahwa Hari Jadi Garut lebih tepat pada Tanggal 17 Maret 1813.

Terlepas dari empat pandangan tersebut, saat ini Garut sudah memantapkan diri bahwa hari jadinya jatuh pada tanggal 16 Pebruari 1813, dan kini pada tanggal 16 Pebruari 2021 sudah berusia 208 tahun, yang sedang di peringati walaupun dalam situasi pandami Covid-19.

Kota yang pernah dipopulerkan oleh Thilly Weissenborn seorang fotografer perempuan terkenal dengan julukan “Swiss van Java” sebagaimana yang disebutkan dalam tulisan (Sudarsono Katam, 2013). Selain itu Ahmad Abdullah Assegaf juga menulis dalam novelnya Fafat Garoet tahun 1928, menyebutkan alasan Garut dijuluki sebagai “Swiss van Java”, karena pesona alamnya yang mirip dengan pegunungan di Swiss, dimana ada pertemuan antara pegunungan Alpen Barat dan Timur yang melewati negara Italia dan Prancis. Sedangkan Garut dihimpit oleh bentang alam pegunungan yang mirip dengan pegunungan Swiss. Swiss sendiri terkenal dengan destinasi wisata alam yang cantik di Eropa. Sedangkan Garut dikelilingi oleh banyak pegunungan, mulai dari Papandayan, Guntur, hingga Cikuray. Ketiganya menjadi destinasi panorama alam pegunungan terfavorit di Indonesia.

Selain panorama alamnya yang indah, Garut juga terkenal dengan kota-nya para pejuang dan pembaharu dalam memperjuang kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan, antaralain; Raden Ayu Lasminingrat (1843-1948), disebut-sebut sebagai tokoh perempuan intelektual pertama di Indonesia. Beliau memiliki cita-cita besar terhadap pendidikan perempuan, dengan mendirikan Sakola Kautamaan Istri pada tahun 1907 sebelum RA. Kartini dan Dewi Sarika mendirikan sekolah pribumi. Selanjutnya, Raden Hadji Moehamad Moesa (1882 – 1886),  tokoh pembaharuan Islam seangkatan dengan  Hasyim Asyari dan H, Moh Dahlan belajar ilmu Islam di Mekkah, dan juga mendirikan sekolah Eropa (Bijzondere Europeesche School), di mana orang Eropa (Belanda) dapat bersekolah bersama-sama dengan anak-anak pribumi pada waktu itu. Berkat salah satu usaha beliaulah pribumi bisa mengenyam pendidikan yang setara dengan masyarkat Eropa.

Selain itu ada nama KH. Hasan Arif, seorang ulama yang melakukan perlawanan terhadap Belanda yang terkenal dengan peristiwa berdarah kampung Cimareme pada tahun 1919, desa Cikendal Kecamatan Leles Garut. Dari kalangan santri ada nama Prof. KH. Anwar Musaddad (3 April 1909 – 21 Juli 2000), pemimpin pasukan Hizbullah dan juga disebut sebagai tokoh intelektual  muslim yang karena kegigihannya mampu mendirikan sekaligus menjadi rektor pertama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung.

KH. Yusuf Tauzirie, bersama elemen pejuang lainnya dalam melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan dilakukannya dari pesantren dengan cara membentuk Laskar Darussalam. Beliau juga terkenal karena kisahnya yang legendaris dengan memimpin pemberontakan DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, dan pertempurannya di Cipari Wanaraja. Achmad Noe’man (10 Oktober 1926 – 4 April 2016), terkenal dengan julukan sang Arsitek 1000 Masjid”. Karena karyanya seperti Masjid Salman ITB bandung, Masjid Raya Bandung, hingga Masjid Indonesia di Sarajevo, Bosnia.

Garut saat ini, bila mencermati capaian Index Pengembangan Manusia (IPM) atau Human Development Report (HDR) Kabupaten Garut, secara umum mengalami pertumbuhan bila dilihat dari grafik pencapaian IPM pada tahun 2019 sebesar (66,22 %) dengan rasio pertumbuhan sejak tahun 2012 (61,04), 2013 (61,67), 2014 (62,23), 2015 (63,21), 2016 (63,64), 2017 (64,52), 2018 (65,42) dan 2019 (66,22).

Selain itu usia harapan hidup masyarakat Garut saat lahir (71, 22 ) tahun, rata-rata lama sekolah (7,51) tahun dan harapan lama sekolah (11,82) tahun serta pengeluaran perkapita pertahun Rp. 8.099 ribu. Pertumbuhan IPM Kabupaten Garut sejak tahun 2016 sampai 2019 bila dibandingkan dengan kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke 25 dari 27 kabupaten dan kota atau ranking ketiga dari bawah setelah Kabupaten Cianjur dan Tasikmalaya. Sumber: BPS Kab. Garut 2019

Fakta pertumbuhan IPM di atas menujukan bahwa ada tiga faktor mendasar yang saling mempengaruhi pembangunan sumber daya manusia di Kabupaten Garut, yaitu; Pertama, faktor pendapatan perkapita dan daya beli yang rendah yakni sebesar (8.099 ribu/bulan). Kedua, harapan lama sekolah di Kabupaten Garut baru mencapai angka (7,51-11,82), dan Ketiga, adalah usia harapan hidup sejak lahir (71,22) tahun.

Berdasarkan tiga masalah fundamental di atas, maka di hari ulang tahun ke 208 ini, dubutuhkan politicalwill Bupati dengan seluruh jajarannya berdasarkan pada kewenangan yang dimilikinya untuk bekerja keras melakukan percepatan peningkatan IPM Garut secara signifikan pada tahun-tahun mendatang.

Sekali lagi atas nama pribadi, saya mengucapkan wilujeung tepang taun ka 208 Kabupaten Garut, semoga lebih maju, takwa dan sejahtera. Amiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *