Hilangnya Militansi Partai, Rakyat Harus Jeli Memilih Pemimpin

POLITIK876 views

Oleh : Nendi Sajidin | Redaktur Pelaksana Harian Garut News

HARIANGARUTNEWS.COM – Mulai menghangat, suhu dalam perhelatan kontestasi politik jelang pesta demokrasi lima tahunan yakni Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, baik Pemilu Presiden-Wakil Presiden dan pemilihan anggota parlemen/wakil rakyat dari mulai pusat hingga daerah.

Melalui kendaraan partai politik (parpol), para kandidat yang disebut putra bangsa atau orang-orang terbaik, saat konsolidasi, silaturrahmi atau berkampanye kepada masyarakat, menebar janji untuk meraih simpati. Apakah semua janji untuk mewujudkan harapan rakyat yang kerap disuarakan para kandidat, lalu kemudian mereka duduk di kursi jabatannya, rakyat akan segera menikmati?.

Penting bagi rakyat untuk jeli, bukan apriori terhadap Pemilu. Jeli menilai para kandidat calon pemimpin bangsa Presiden-Wakil Presiden atau calon wakil rakyat di DPR, DPD, DPRD provinsi dan kabupaten/kota, termasuk kepala daerah, gubernur-wakil gubernur ataupun bupati-wakil bupati dan walikota-wakil walikota.

Jangan sampai hanya karena iming-iming yang dalam bentuk instan atau sesaat, rakyat jadi salah memilih. Terkadang ada anekdot, ambil uangnya jangan pilih orangnya. Ini pun sejatinya jangan terjadi, karena apa yang diinginkan masyarakat di kemudian hari tak akan terwujud.

Pilihan tetap harus ada, karena memilih pemimpin adalah keharusan. Tapi memilih sesuai hati nurani lah yang dinamakan atau jadi jargon Pemilu “Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil”. Hakikatnya, baik pemilih maupun yang dipilih, harus satu visi-misinya dan tujuan, untuk membangun dan mensejahteraan ekonomi rakyat.

Saat ini memang yang dinamakan militansi partai sudah sulit dilihat baik di pemilih maupun yang dipilih. Karena dengan gampangnya seseorang berpindah haluan dari partai satu ke partai lainnya. Banyak para kandidat yang awalnya disebut militansi atau kader militan partai, dalam hitungan detik dan karena tren partai politik, pindah ke partai lain.

Banyak ditemukan, pasangan suami-istri, orangtua dan anak, adik dan kakak berbeda haluan partai. Ini lah mungkin masa kebebasan berpendapat, kebebasan berpikir dan hak asasi manusia, bahwa setiap individu punya hak menentukan pilihannya, tanpa terikat atau tekanan siapapun dan hubungan apapun.

Namun semua berharap, perbedaan pilihan tidak jadi masalah besar. Yang diharapkan adalah, semua elemen bisa mengambil perannya masing-masing, menentukan jalannya sendiri untuk kepentingan bersama, berbeda-beda tapi satu tujuan untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Carilah pemimpin yang benar-benar memiliki atau menauladani Rasulullah Muhammad SAW, yakni memiliki sifat Sidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh. Agar terciptanya negeri yang “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghofur”. Sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *