30 Tahun Menjadi Loper Koran, Harapan Pria Asal Bayongbong Garut Ini Tak Pernah Pupus Ditengah Gempuran Media Online

FOKUS2,586 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Seorang pria paruh baya tengah membawa beberapa eksemplar koran ditangannya, di Jalan Ciledug, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Minggu (10/03/2024) pagi.

Aef (58), menjadi penjual koran  sejak tahun 90-an di Garut. Pria ini berasal dari Kampung Cempaka, Desa Sirnagalih, Kecamatan Bayongbong. Sejak jaman koran diisi berita-berita keberhasilan pembangunan Presiden Soeharto, menjual koran menjadi penghasilan untuk menghidupi sang isteri Wati (55) dan ketiga anaknya. Faktor ekonomi keluarga memaksa dia untuk tetap bertahan berjualan koran hingga sekarang.

“Mau usaha apa lagi, saya tidak punya lahan untuk menjadi seorang petani,” ujar Aep sambil mengerutkan dahinya seraya mengingat-ingat kembali masa lalunya, saat ditemui hariangarutnews.com.

Aep bercerita, sebenarnya ia memiliki tiga anak namun yang dua sudah menikah. Memilih berjualan koran demi mempertahankan hidupnya, Aep mencoba cara untuk mendapatkan penghasilan. Akhirnya ia bertemu dengan salah seorang Agen koran di kawasan Jalan Bank dan diajak berjualan. Tanpa pikir panjang Aep langsung menerima tawaran tersebut dan terus dilakoninya hingga saat ini.

“Dari dulu saya mengambil koran di Monica Agency yang ada di Jalan Bank. Dulu yang punyanya pak Asep, sekarang sudah almarhum,” ujarnya.

Pada tahun 1990, ia menceritakan bahwa pekerjaan menjual koran adalah suatu hal yang menjanjikan. Kala itu, koran masih sebagai media informasi arus utama di masyarakat. Pada akhirnya, Aep menggantungkan harapan dari berjualan koran itu.

Dahulu Aep bisa menstok sampai 300 Eksemplar Koran tiap harinya, dan semuanya ludes terjual. Bahkan sekalipun sudah habis, tak jarang banyak orang yang menanyakan stok koran.

“Dulu mah rame banget jadi  jagoan, saya punya langganan mulai di Jalan Ahmad Yani, Ciledug, Sukadana, RS. Talun dan sekitarnya,” ujar pria paruh baya dengan senyum dan matanya berbinar mengenang masa keemasannya.

Lain dulu lain sekarang, saat ini koran bukan lagi barang seksi untuk masyarakat. Hal itu menyebabkan penghasilan ia dari koran sangat menurun. Tidak ada lagi mengirim koran kepada langganan, yang ada hanya betapa sulitnya menjual koran pada saat ini. Jumlah koran yang terjual pun tidak semenggiurkan zaman dulu. Bahkan ia masih suka menyimpan persediaan koran beberapa hari lalu yang tak laku dijual.

Apalagi sampai saat ini menjual koran adalah penghasilan satu-satunya. Kendati begitu, Aep tak pernah mengeluh akan hal ini, dengan merasa bersyukur oleh keadaan sekarang merupakan modal utama untuk menjalani hari-harinya.

“Masih semangat alhamdulillah  masih diberi kesehatan, masih diberi rezeki, karena mau apalagi kalo gak jualan koran,” ucapnya.

Saat dunia semakin cepat dengan perkembangan teknologi, media online terus bertebaran, tak membuat dia pupus akan harapan-harapannya. Menjual koran masih menjadi profesi yang menjanjikan menurut Aep, ia menikmati setiap hasil penjualan koran untuk kebutuhan sehari-hari.

Setiap satu koran yang terjual banyak sekali cerita yang ia dapatkan. Walaupun umur sudah senja tak membuat mimpinya sirna begitu saja. Ia terus mengais rezeki meskipun, kata Aep, sekarang banyak yang menolak saat dirinya menawarkan koran.

Selama berjualan koran, ia merasakan perbedaan yang jauh sebelum kehadiran berita online. Terlebih lagi setiap orang kini telah memiliki smartphone di genggaman dan sangat mudah dalam mencari berita ketimbang membeli koran.

“Jaman dulu banyak orang mencari koran-koran, karena semua informasi berasal dari situ semua. Koran sudah mulai ditinggalkan, sekarang ada handphone, jadi saat menawarkan koran sekarang lebih banyak yang menolaknya daripada membeli,” tandas Aep yang mengaku sudah berjualan koran sejak Mako Polres Garut masih di berada Alun-Alun Garut.

Banyak suka duka berjualan koran yang Aep rasakan. Salah satunya ialah pernah tidak laku sama sekali koran yang ia jajakan, terlebih jika cuaca hujan deras.

“Kalau dari pagi sampai siang hujan deras, koran-koran yang saya jual tidak laku sama sekali. Karena tidak ada yang membeli, saya harus melindungi mereka agar tidak basah,” tuturnya.

Sering kali ia menerima uang lebih dari pelanggan, walaupun sedikit orang yang menjadi pelanggannya. Aep sering mendapatkan sedekah dari orang-orang.

“Ada yang membeli koran saya, ketika saya memberi kembalian mereka menolak. Lebihnya buat saya kata mereka,” pungkas Aep. (Igie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *