Catatan Redaksi Tata Ansorie : Sengkarut Pilkada Garut

FOKUS1,673 views

Oleh : Tata Ansorie | Pimpinan Umum Harian Garut News

HARIANGARUTNEWS.COM : “Siapa Dudung Sudiana ?, Siapa Putri Karlina?. Ya, banyak yang tak mengetahuinya. Tiba-tiba puluhan alat peraga tersebar di mana-mana, sejumlah berita pencitraan menghiasi beberapa media online. Mereka tak ingin ketinggalan untuk terlibat dikontestasi Pilkada Kabupaten Garut yang akan digelar serentak pada November tahun ini.

Sejumlah nama bermunculan yang tentunya menjadi keinginan pribadi dalam dirinya yang kemudian media menjadi pematik untuk merayakannnya. Diskusi, podcas, agenda pertemuan dengan para calon riuh gempita digelar dimana-mana.

Syahwat kekuasaan untuk menjadi pemimpin Garut memang tinggi. Bukan saja hanya sekedar ingin mengabdikan diri, berbakti untuk masyarakat, tetapi menduduki pendopo sebagai orang nomor satu di Kabupaten Garut, disana ada gengsi, ada kehormatan, ada banyak fasilitas dan ada magnet kekuasaan sebagai dalem atau raja.

Tentu untuk menuju kesana itu tidak murah. Tidak sekedar kemauan yang tentunya menjadi fitrah semua orang ingin berada dipuncak sebagaimana semboyan orang-orang eropa, gold, glory, gospel.

Hanya saja tidak cukup sekedar ingin saja, perlu daya dukung kemampuan berbagai sisi manajerial, finansial, popularitas, komunikasi dan aspek lainnya.

Hal ini tentunya untuk lingkungan tertentu, bagi Dudung Sudiana dan Putri Karlina telah memiliki modal kemampuan yang sepadan dengan keinginannya. Seperti halnya Dudung, ditengarai merupakan pengusaha sukses di pertambangan dan Putri sendiri adalah seorang dokter gigi, anak jendral juga pengusaha yang mengelola rumah makan mewah dan persalinan di Garut.

Kendati demikian bagi kebanyakan rakyat Garut kedua nama ini tetap asing, termasuk ada beberapa nama yang mencalonkan tetapi tak begitu populis, sehingga mereka harus bekerja keras melakukan sosialisasi baik melalui darat maupun udara.

*Gagalnya Kaderisasi Partai Politik*

Manajemen politik untuk menyajikan kekuasaan di pemerintah secara konstitusi telah difasilitasi oleh organisasi yang bernama Partai Politik. Parpol yang bertugas menyajikan calon pemimpin yang kemudian rakyat memilihnya. Kendati diperbolehkan calon pemimpin yang dilahirkan melalui perseorangan (independen).

Menuju Pilkada Garut yang digelar lima tahun sekali tak ada parpol yang sistematis menyiapkan kader untuk kontestasi ini. Semua dilakukan serba taktis membuka bursa lowongan pendaftaran dari eksternal maupun internal, sekalipun ada partai yang masih menjaga integritas menyiapkan calon pemimpin dari kadernya sendiri.

Memang tidak salah menyiapkan pendaftaran baik dengan istilah seleksi atau konvensi dibuka ke publik. Tetapi jauh akan baik dilakukan lima tahun sebelumnya pendaftaran itu, tentunya untuk menguji loyalitas keanggotaan di parpol. Walaupun penulis tahu, parpol memiliki alasan tersendiri dilakukan konvensi atau seleksi.

Akhir – akhir ini memang Garut kehilangan tokoh figur, untuk kontestasi pilkada jika mau jujur hanya ada beberapa orang yang dikenal masyarakat luas. Eksistensi mereka telah terlihat publik, sekalipun itu tidak menjadi jaminan untuk terpilih, hanya saja setidaknya rakyat sudah “wanoh” dengan mereka.

Nama dr. Helmi Budiman urutan pertama paling populis di masyarakat Garut. Semua tahu jika ia adalah wakil bupati selama 10 tahun dan 2009 terpilih menjadi anggota DPRD Garut. Selain itu sebagai ketua Pramuka (Kwarcab) Garut, Ketua PMI yang melengkapi popularitas dirinya. Lalu disusul Agus Supriadi. Saya sebutkan karena ia telah mempersiapkan secara lengkap dari jalur perseorangan. Tentu dikenal rakyat karena mantan bupati tahun 2003 – 2008.

Abdusy Syakur Amin menduduki popularitas yang tinggi pula. Rektor dan ketua Koni ini penulis menyebutnya bapak Pendidikan Garut. Lalu ada ketua PKB sekaligus Anggota DPRD Prov Jabar H. Dadan Hidayatulloh, Anggota DPRD Provinsi Jabar, Enjang Tedi, Anggota DPRD Garut H. Nadiman dan deretan nama lainnya yang tentunya muncul dikancah menuju pesta pilkada.

Yang menarik di seleksi pencalonan di partai Golkar. Nama-nama yang daftar bukan kaleng-kaleng, mereka memiliki kekuatan besar dan jaringan yang kuat pula. Dari mulai Abdusy Syakur Amin yang tentunya tidak sekedar mendaftar kalau sebelumnya tentu sudah melakukan komunikasi dan garansi akan terpilih.

Adapula AKBP Ade Najmulloh, ia merupakan mantan Kabag Op Polres Garut yang kemudian berkarir di Polda Jabar. Ade Najmulloh figur sentral di kepolisian ketika bertugas di Garut. Ketika suasana politik Garut yang tinggi di tahun 2000, kesatuannya menjadi garda terdepan menyelesaikan konflik di lapangan. Tentu dirinya pun tak sembarangan daftar ke Golkar kalau tidak membuka jaringan dan garansi yang sama.

Lebih menariknya ada kader Golkar, selain sebagai Anggota DPRD Garut, ia pun sebagai pengusaha. Tak lain adalah H. Nadiman yang potensi terpilih cukup besar, karena ia pun saat ini sebagai ketua Kosgoro organisasi underbownya yang melahirkan Golkar.

Ternyata yang mendaftar tidak tiga orang. Kabarnya ada referensi dari pengurus pusat memasukan kembali tiga nama, diantaranya Dudung Sudiana, Putri Karlina dan Uu Saepudin.

Bayangkan enam kandidat dipartai Golkar ini bukanlah kaleng-kaleng. Yang jadi pertanyaan apakah ketika mendaftar secara otomatis harus membuat kartu anggota partai, karena mereka pun saat ini sudah mengenakan warna khas kuning sebagai simbol warna Golkar.

Lalu apakah kandidat ini boleh mendaftar kembali ke partai lain atau telah tercatat pula sebagai anggota parpol lainnya. Seperti diketahui, Dudung Sudiana telah mendaftar pula ke partai Demokrat dan telah digadang-gadang calon kuat oleh pengurus demokrat sendiri. Halnya juga Abdusy Syakur Amin ditengarai tercatat sebagai anggota pengurus PKB. Apakah sudah keluar atau memang bukan anggota PKB.

Sekalipun menjadi point positif untuk Golkar Garut, tetapi dikemudian hari akan dihadapkan oleh persoalan baru. Tentunya Golkar hanya akan memilih satu kandidat sesuai kriteria di internalnya, kemudian bagaimana dengan mereka yang tidak terpilih?, tentunya mereka dan kontruksi gerbongnya kemungkinan akan beralih mendaftar ke partai lain atau setidaknya tidak menjadi pilihan membantu Golkar.

Sangkaan ini sah-sah saja, karena tidak semata-mata mendaftar kalau tidak memiliki niat untuk menjadi kepala daerah, dan partai politik sebagai alat kendaraan saja. Artinya potensi Golkar ditinggalkan oleh calon yang bukan kader sangatlah besar kecuali ada aturan main yang telah disepakati.

Pmipinan Umum Harian Garut News, Tata Ansorie

Partai Masih Sulit Memilih

Siapapun masih menduga-duga, bahkan mediapun hanya berspekulasi memasang-masangkan pasangan dalam menyajikan berita. Hingga sampai saat ini parpol masih bergerilya melakukan silaturahmi satu sama lain.

Bagaimana pun, pimpinan partai belum memiliki kepastian dalam memberikan jawaban dari pertanyaan publik. Jangankan ditanya oleh publik, ditanyakan dirumah oleh keluarganya pun terus berargumentasi tak pasti. Walaupun komunikasi dibangun oleh para kandidat, masih dalam bentuk seremonial yang tidak mengarah kepada teknis.

Tentu saja keputusannya harus terukur karena menyangkut kepastian untuk menang, kecocokkan pasangan dan seberapa besar memiliki amunisi. Ini tidak hanya menyangkut putusan di partai tingkat bawah, melainkan kesepakatan di provinsi dan pusat.

Berikut potensi partai politik dalam mengorbitkan bakal calon bupati/wakil di pilkada 2024. Pertama, Golkar membetuk tim seleksi dan membuka pendaftaran yang selama ini masih dalam tahapan survey internal dari 6 pendaftar. Kedua PKB, sepertinya mengunci dengan majunya ketua DPC Garut sebagai kandidat cabup maupun cawabup. Ketiga PDIP, membuka ruang untuk diluar kader. Keempat PKS, sudah apdol ketua DPD maju sebagai cabup.

Kelima PPP, masih berargumen diinternal apakah ketua atau kader lain. Keenam PAN, menunggu keputusan hasil seleksi. Ketujuh Gerindra, belum ada kepastian dan belum jelas apakah dibuka konvensi atau akan kader. Sepertinya menunggu intruksi dari DPP. Kedelapan Demokrat, partai ini seperti pilkada sebelumnya membuka ruang untuk eksternal dan keberpihakan memilih kepada Dudung Sudiana sudah nampak. Kesembilan Nasdem, sudah memastikan ketua DPD-nya yang maju sebagai cawabup. Itupun menentukan bila berpasangan dengan partai yang berkoalisi sebelumnya.

Adapun nama-nama yang sudah secara resmi mendaftar dan akan maju di pilkada Garut, diantaranya ;

1. Helmi Budiman (PKS)
2. Dudung Sudiana (Daftar ke Golkar dan Demokrat)
3. Putri Karlina (Daftar ke Golkar)
4. Abdusy Syakur Amin (Daftar ke Golkar)
5. H. Nadiman (Daftar ke Golkar)
6. Ade Najmulloh (Daftar ke Golkar)
7. Uu Saepudin (Daftar ke Golkar)
8. Biebie Bagja (Daftar ke PAN)
9. Enjang Tedi (Daftar ke PAN)
10. Hilman Umar Basori (Daftar ke PDIP)
11. Rd. Aas Kosasih (Daftar ke PDIP)

Informasi yang mendaftar ke PAN ada 7 orang, hanya informasi terakhir yang mengembalikan formulir baru 5 orang dan penulis belum mengetahui nama lainnya yang telah masuk.

Sementara informasi dari jalur perseorangan yang siap administrasi, baru muncul nama Agus Supriadi dan Agis Muchidin. **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *