TKSK Leuwigoong Garut Pastikan Agen Penyalur BPNT Jalankan Pedum 6T

HARIANGARUTNEWS.COM – Keberadaan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) sangat penting peranannya, karena merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam menangani masyarakat yang mengalami permasalahan sosial.

Pentingnya TKSK, misalnya ada laporan mengenai PMKS dari masyarakat, TKSK dengan cepat menjangkau dan melayani PMKS. Hal ini membuktikan bahwa negara hadir di tengah-tengah masyarakat pada saat dibutuhkan dan ini dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat (public trust) kepada pemerintah.

Seperti halnya TKSK di Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Imas Aah, dengan tugas fungsi sesuai tanggung jawabnya, terus melakukan upaya-upaya bagaimana program pemerintah bisa diterima dengan baik dan dirasakan manfaatnya. Yang mana salahsatunya adalah memastikan program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) yang dilaksanakan oleh agen penyalur kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tidak ada kendala.

TKSK Leuwigoong saat berkunjung ke KPM memastikan BPNT

“Saya selalu tekankan agar para agen selalu mengoptimalkan dan menjalankan program sesuai pedum (pedoman umum) yang ada terutama 6T yakni, tepat harga, tepat kualitas, tepat sasaran, tepat waktu, tepat adminitrasi dan tepat pelaoran,” ujar Imas, Minggu (28/03/2021).

Dijelaskan Imas, tugas TKSK adalah memantau dan mengarahkan para agen agar penyaluran BPNT merujuk ketentuan pedum 6T dan kewajiban serta kewenangan para agen penyalur memenuhi dan menyalurkan program.

“Terkait pembelanjaan barang sembakonya dari mana, barang dari siapa supliernya, TKSK megatakan tidak masuk dalam ranah itu. TKSK mempunyai tugas mengarahkan regulasi, ketentuan pedoman umum 6T dan kami menerima pelaporannya,” jelas Imas.

Dari sisi lainnya Imas juga menjelaskan, selama bertugas 12 tahun jadi TKSK, bukan hanya memantau program BPNT saja, ada 26 permasalahan yang berhubungan dengan sosial masyarakat atau (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

“Misalkan yang pernah dialami ketika ada warga sakit gangguan mental, saya mendampingi atau pernah juga ada warga menderita penyakit hydrocephalus ingin dioperasi tidak ada biaya, saya membantu memperjuangkan untuk bisa gratis biaya, membuatkan kartu peserta BPJS,” papar Imas

Tak cukup sampai disana, sambung Imas, biaya selama keluarga pasien di rumah sakit pun terpikirkan, mencari dana dari para donatur dan lainnya dan terkumpul sampai di angka Rp6 juta.

“Alhamdulillah setelah itu saya serahkan uang tersebut kepada orang tua pasien. Saya bersyukur bisa membantu semampu yang saya bisa. Tugas TKSK menjadi jembatan bagi saya bisa berbuat yang positif dan bermanfaat bagi yang membutuhkan. Yang terpenting bagi saya, secara tugas telah dilaksanakan dan selebihnya saya serahkan kepada Yang Maha Kuasa Allah SWT,” tutur Imas.

Namun kata Imas, terkadang perbuatan atau langkah yang dianggap baik, ada saja halangan rintangan atau kekurangpuasan.

“Bagi saya semua itu dijadikan sebagai renungan saja, yang terpenting tugas saya seperti tadi memberikan binaan dan arahan pedum 6T kepada agen sudah dijalankan. Dan termasuk masalah PMKS lainnya, Insya Allah semampu yang saya bisa untuk masyarakat yang memang membutuhkan bantuan,” pungkasnya. (T Supriatna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *