Tampil Kolaborasi Menari dan Ibing Pencak Silat, Ini Harapan Dua Siswi SMKN 1 Garut

MENARA GARUT1,338 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Lestarikan Budaya Sunda, dua remaja putri asal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Garut ini, tampil kolaborasi Tari Badaya Wirahmasari Rancaekek dan Ibing Pencaksilat Tunggal Ganda Regu (TGR), di Wahana Edu Wisata Pelebahan Gunung Guntur, Desa Pasawahan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut.

Penari Sakila Siti Aisah (17), mengaku tertarik belajar menari sejak usia 15 tahun hingga saat ini. Menurutnya, tarian budaya khususnya Tatar Sunda jangan sampai punah dan perlu dilestarikan.

Shifa Zahra

Tari Badaya Wirahmasari Rancaekek merupakan tarian putri lungguh, diciptakan oleh R. Sambas Wirakusumah, pada tahun 1925. Tarian ini menggambarkan para penari bangsawan yang sedang menari di pendopo atau di tempat para menak untuk menyambut tamu.

“Era modern saat ini memang kalau kita tak mau memeliharanya lambat laun bisa, padahal banyak tarian-tarian Tatar Sunda yang sangat bagus untuk ditampilkan, bahkan hingga mancanegara, bukan hanya di kita saja,” ujar Kila, sapaan akrab Sakila, usai melakukan perform di Wahana Edu Wisata Pelebahan Gunung Guntur, Kamis (21/09/2023).

Hal senada disampaikan Shifa Zahra, yang sama masih mengenyam dunia pendidikan di SMKN 1 Garut. Ia menampilkan Ibing Pencak Silat berharap hal sama, bahwa warisan budaya harus dilestarikan agar tidak punah.

“Pencak Silat ini adalah seni beladiri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni beladiri ini secara luas lebih dikenal di negara-negara Asia. Di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina dan Thailand,” ujar Shifa.

Lebih lanjut Shifa menjelaskan, aspek seni dalam Pencak Silat adalah wujud kebudayaan dalam bentuk gerak dan irama, yang ditekankan pada keseleraan antara raga, irama dan rasa.

Sakila Siti Aisyah

“Aspek olahraga Pencak Silat ini, meliputi pertandingan dan demokrasi dalam berbagai bentuk-bentuk jurus, baik tunggal maupun regu,” katanya.

Ia berharap, di tengah gencarnya modernisasi, era 4.0 dan seterusnya, kaum milenial saat ini jangan sampai melupakan seni budaya khususnya di Tatar Pasundan.

“Mari kita pelihara warisan leluhur kita jangan sampai punah. Dan banyak prestasi yang bisa diraih dengan memgembangkan seni dan budaya,” pungkasnya. (Ndy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *