
Hal itu disampaikan oleh Salah seorang penyewa tutup mata, Purwati (55), yang juga merupakan warga di sekitar pohon beringin, alun-alun kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menjelaskan adanya mitos yang lekat pada pohon beringin kembar tersebut.
Mitos tersebut dinamakan Laku Masangin yang merupakan singkatan dari masuk dua beringin. Laku Masangin dilakukan dengan sederhana, yaitu menutup mata lalu berjalan lurus dari arah keraton, hingga melewati kedua pohon beringin yang berjarak sekitar 20 meter dari depan Sasono Hinggil, menuju dua beringin di tengah alun-alun.
Namun, dalam pelaksanaannya, hal itu tidak sederhana, banyak pengunjung yang gagal berjalan lurus menuju tengah-tengah beringin. Pengunjung malah berjalan menuju berbagai arah, baik itu berbelok ke arah kanan, maupun sisi kiri pohon beringin. Dipercaya dalam mitos Laku Masangin, hanya orang yang memiliki hati bersih yang bisa mencapai arah tujuan yakni melintasi kedua pohon beringin tersebut.
Hari menjelang sore, matahari mulai tenggelam. Riuh rendah dedaunan beringin mulai bersautan dengan gelak tawa, dan cengkrama para pengunjung yang menikmati hangatnya Jogja di tengah alun-alun, tukang sewa penutup mata pun mulai berjajar.
Teriak arahan para pengunjung yang mencoba mitos tersebut mulai bersahutan, sesekali berteriak “kanan” ataupun “kiri”, hingga mereka yang tertawa karena berjalan tidak sesuai arah, dan gagal mencoba mitos tersebut. Selintas, mitos ini sudah seperti permainan belaka, permainan yang patut dicoba jika berkunjung ke alun-alun kidul.
Berbagai alasan dan kepercayaan menjadikan dasar bagi setiap orang untuk bisa percaya ataupun tidak pada mitos yang ada. Namun, menutup ceritanya, Purwati selaku masyarakat lokal dari Yogyakarta sendiri mengatakan, sebagai orang Jogja, khususnya orang jawa, harus saling menghormati keyakinan dan pendapat orang lain.
Pohon beringin kembar memang memiliki beberapa mitos unik. Pertama, permainan masangin yang menunjukkan kemurnian hati seseorang yang berhasil melewati dua pohon beringin tersebut. Lalu, mitos soal gerbang menuju pantai selatan yang dipercaya menjadi rumah dari Nyi Roro Kidul. Ada pula mitos soal lawan yang akan hilang kekuatannya jika melewati dua pohon beringin kembar ini. Keduanya disebut beringin ini memiliki makna filosofi bahwa ada garis imajiner yang membujur dan membagi ke arah utara dan selatan. Beringin di sisi barat dikenal dengan sebutan Kyai Dewadaru sedangkan di sisi timur dikenal sebagai Kyai Janadaru.
“Dewadaru bermakna cahaya ketuhanan, sedangkan Janadaru arti cahaya kemanusiaan. Keduanya merupakan simbol dari keseimbangan hidup dan keserasian antara hubungan raja dan rakyatnya serta kedekatan antara Tuhan dan manusia,” pungkas Purwati. (Igie)
Komentar ditutup.