“Namun saya tak akan membahas panjang tentang sejarah yang itu,” ungkapnya. “Saya justru ingin kita mengingat sosok perempuan Indonesia di jaman penjajahan kolonial belanda yang telah aktif berjuang mewujudkan kesetaraan gender. Sebut saja Raden Ajeng Kartini, yang menjadi ikon bagi emansipasi perempuan Indonesia. Kemudian ada Dewi Sartika, Perempuan kelahiran Cicalengka Bandung (04 Desember 1884) ini merupakan tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan di Indonesia,”.
Dewi Sartika, terangnya lagi, mendirikan Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.
Kemudian ada Maria Walanda Maramis dari sulawesi utara. Maria Walanda Maramis mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917. Organisasi ini didirikan untuk memperjuangkan pendidikan perempuan, khususnya ibu-ibu. Di tahun 1919, Maria berhasil memperjuangkan hak perempuan untuk punya hak suara di lembaga perwakilan Minahasa Raad.
“Di Garut, kita harus berbangga hati karena pernah memiliki sosok perempuan hebat seperti Raden Ayu Lasminingrat,” tegasnya.
RA Lasmingrat lahir sebelum RA Kartini dan Dewi Sartika. RA Lasminingrat lahir pada tahun 1843, usianya terpaut 36 tahun lebih tua dari RA Kartini (lahir 21 April 1879) dan terpaut 41 tahun dari RA Dewi Sartika (lahir 4 Desember 1884). RA Lasminingrat adalah perempuan pelopor yang memperhatikan dunia kepenulisan atau literasi serta pendidikan bagi kaum perempuan, khususnya perempuan Sunda tempat kelahirannya.
“Di abad 19 RA Lasminingrat sudah menjadi penulis, dan kepedulianya terhadap kaum perempuan adalah dengan mendirikan sakola kautamaan Istri tahun 1907. Pada kondisi kekinian, kita bisa melihat perempuan Indonesia makin banyak yang berkarya nyata mulai dari Ibu Sri Mulyani, Ibu Risma, Ibu Susi, Ibu Menlu Retno Marsudi dan banyak lagi,” tegasnya.
“Selamat Hari Perempuan sedunia, semoga perempuan Indonesia terus berkarya nyata dan makin berperan strategis diranah publik Indonesia,” pungkasnya. (Bulan)
Komentar ditutup.