HARIANGARUTNEWS.COM – Rumah seorang guru ngaji di Kampung Kalimeneng, Desa Karangmulya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, nyaris roboh. Guru ngaji tersebut bernama Ujang Mahmudin atau yang akrab dipanggil ustadz Pudin. Ia berprofesi sebagai pengayuh odong-odong sejenis sepeda putar yang berpenghasilan Rp.20 ribu per hari.
Pudin mengatakan sudah puluhan tahun Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) miliknya itu belum pernah dibantu oleh pihak pemerintah. Atap rumahnya pernah ambruk dan sekarang belum ditangani karena belum ada biaya.
Ustadz Pudin telah bertahun-tahun menjadi pilar pendidikan agama bagi masyarakat sekitar. Namun, ironisnya, di balik peran pentingnya, Pudin bersama keluarganya hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, mereka tinggal di rumah reyot dan bocor. Dirumah yang Ia tinggali, jumlah murid yang mengaji di sana sekitar 30 orang.
Hampir seluruh bagian rumah Pudin bocor. Saat hujan turun, air mengalir dari celah-celah atap, membasahi lantai dan memaksa para santriawan-santriawati berdempetan menghindari kucuran air hujan.
“Hujan deras membuat kami tidak bisa tinggal di rumah sendiri. Murid-murid yang mengaji sulit belajar, bahkan tidur pun tak nyaman,” tutur Pudin dengan nada sedih.
Seperti pengabdian tanpa apresiasi, Pudin dikenal sebagai guru ngaji yang tak kenal lelah membimbing anak-anak dan remaja di desa. Sosoknya dihormati dan dicintai, terutama oleh para muridnya.
Humas Pokja Sinergi, Riyansyah saat bertamu ke rumah Pudin mengungkapkan rasa prihatinnya. Dirinya juga mempertanyakan keadilan distribusi bantuan pemerintah.
“Guru seperti ustadz Pudin seharusnya mendapatkan perhatian lebih. Beliau mengajarkan agama tanpa pamrih, tapi lihatlah bagaimana kondisi hidupnya. Kenapa daerah lain bisa mendapatkan rumah layak huni, tapi guru ngaji seperti beliau justru terabaikan?”, ujar Riyan, Senin (28/04/2025).
Dirinya berharap pemerintah segera turun tangan, memberikan bantuan rumah layak huni untuk ustadz Pudin.
“Guru ngaji adalah tiang pendidikan agama. Mereka bukan hanya mendidik, tetapi juga membangun moral generasi muda. Sudah sepatutnya mereka hidup lebih layak,” pungkas Riyan.
Cerita ustadz Pudin adalah potret kecil dari realitas yang sering terlupakan, perjuangan para guru ngaji yang mengabdikan diri tanpa berharap lebih, namun kerap terabaikan dalam urusan kebutuhan dasar. Kini, harapan besar dipertaruhkan agar sang guru, bersama keluarganya dan murid-muridnya, bisa menikmati rumah yang kokoh, hangat, dan bebas dari tetesan hujan. (Askos)