Implementasikan PMK 30 Tahun 2022, PW HIPPII Jabar Gelar Workshop Aplikasi Pelaporan Simar Kemenkes

SEPUTAR JABAR395 views

HARIANGARUTNEW.COM – Dengan tema “Penatalaksanaan HAI’s di Area Beresiko Melalui Aplikasi Pelaporan SIMAR KEMENKES dan Pemasangan CVC, CDL, PICC”, Pengurus Wilayah Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendalian Infeksi Indonesia Jawa Barat (PW HIPPII Jabar), gelar Workshop di Hotel Savoy Homann, Sabtu (29/06/2024).

Hadir dalam acara, Ketua PP HIPPII Pusat, Dr Ns Elis Fuji Utami, S Kep MPH FISQua, Pengurus DPW PPNI Jawa Barat, Prof. Henny Suzana Mediani, SKp, MNg, Phd, Ketua HIPPII Jawa Barat, Jajang Jamaludin, S Kep Ners, FISQua, jajaran panitia pelaksana, delapan narasumber, moderator dan 300 peserta yang hadir secara Luring dan Daring.

Ketua PW HIPPII Jabar, Jajang Jamaludin, di sela kegiatan menyampaikan, bahwa output yang diharapkan dari kegiatan, para peserta bisa mengimplementasikan pelaporan yang sudah ada dan dilakukan di rumah sakit, klinik dan puskesmas, yang ada pelaporan infeksinya itu bisa dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

“Karena selama ini yang menjadi permasalahan itu, pelaporannya sudah ada, tapi juknik, kemudian penjabaran dari pelaporan itu belum jelas. Sehingga yang melaporkan itu menjadi bingung. Ini yang kami tangkap, sehingga dibikinlah kegiatan ini,” ujar Jajang.

Terkadang, lanjut Jajang, penjelasan itu kalau bukan dari Kemenkes sendiri, tidak dalam penjelasan terkadang membingungkan. Inilah yang menjadi dasar HIPPII Jabar mengundang khusus ahli IT dari Kemenkes RI.

“Narasumber yang hadir saat ini ada delapan. Terdiri dari narasumber Kemenkes dan pengurus pusat HIPPII. Kemudian sesi kedua diisi oleh narasumber pengurus wilayah, dan kita juga melibatkan dari ikatan himpunan yang berikatan dengan kami. Perawat infeksi itu kalau di rumah sakit kadang kita beririsan dengan perawat lainnya, seperti perawat kamar bedah dan perawat di ruang hemodealisa, perawat ruang intensif, sehingga kita melibatkan para ketua wilayah masing-masing himpunan untuk berbicara disini,” jelas Ketua HIPPII Jabar.

Karena, sambung Jajang, yang namanya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) itu tidak hanya oleh HIPPII, semua perawat yang ada di Fasyankes itu harus melakukan tindakan pencegahan.

“Ini peserta kurang lebih ada 300 orang, 200 yang luring. karena kita keterbatasan tempat. Untuk daring sebenarnya kita gak membuka, cuma karena ada beberapa peserta yang ingin tetap ikut tapi quota luring terbatas, sehingga kita mengalihkan ke daring ada 100 orang,” papar Jajang.

Jajang menyebut, kegiatan tersebut berskala nasional, dan ada peserta terjauh dari Kalimantan Selatan dan Sumatera, namun mayoritas peserta di wilayah pulau Jawa khususnya Jawa Barat. Jajang berharap dan menekan kepada para perawat, dalam hal kesadaran diri dalam melakukan tindakan pencegahan. Keduanya, perawat harus selalu melaporkan tentang kejadian-kejadian infeksi dan ketiganya, sistem pelaporan harus dibuat dengan baik.

“PPI ini harus disupport oleh management karena perannya sangat penting karena PPI akan berhubungan dengan kebijakan-kebijakan. Kalau kebijakan tidak disupport oleh management pasti hasilnya tidak akan diikuti sama bawahan. Sehingga support management sangat penting sekali,” tandasnya. (Ndy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *