
Setelah kepergian sang ayah, Siti yang sebelumnya sangat dekat dengan almarhum, merasakan kehilangan yang begitu besar, hal ini membuat ia hampir putus asa dan seolah tak memiliki arti lagi untuk hidup. Namun, semasa hidupnya, mendiang ayah Siti selalu memberikan semangat, maka Ia pun menjadikan semangat yang selalu ayahnya berikan dulu sebagai motivasi untuk menggapai cita-citanya.
“Waktu itu Siti masih kelas 5 SD saat ditinggal ayahnya. Hingga sekarang dia masih belum sepenuhnya menerima kepergian sang ayah yang sangat tiba-tiba itu,” tutur Enawati sambil menahan tangis.
Disampaikan Enawati, Siti merupakan anak yang cerdas dan rajin. Waktu belum masa pandemi, tak seharipun Siti bolos sekolah. Kegigihan Siti berbuah manis, terus-menerus mendapat peringkat satu sejak usia SD hingga duduk di bangku SMA adalah bukti karena memang Siti anak yang pintar.
“Dulu Siti pernah mendapat penghargaan dan bantuan dari pihak televisi Trans 7 sebagai siswa berprestasi, namun sekarang tidak lagi. Sekarang semakin berat, saya harus terus bekerja keras setelah tidak lagi mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari pemerintah,” terang Enawati warga Kampung Rajapolah RT02/07, Desa Sukalilah, Kecamatan Cibatu, Senin (05/04/2021).
Sungguh ironis, disaat Bupati Garut Rudy Gunawan meminta bansos PKH yang diterima dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka agar bisa bersekolah dan berprestasi, sehingga harapan Bupati Garut agar hal tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan derajat hidup masyarakatnya, bantuan PKH dan BPNT pada keluarga siswi berprestasi ini justru terhenti.
“Siapapun anak-anak yang berprestasi harus diberikan penghargaan. Kami juga meminta kepada masyarakat untuk melaporkan jika masih ada keluarga yang tergolong kurang mampu belum menerima bansos PKH dari pemerintah. Sebab peran masyarakat dalam melakukan pembaharuan data-data masyarakat miskin sangat diperlukan agar seluruh bantuan yang diberikan oleh pemerintah bisa tepat sasaran kepada mereka yang membutuhkan,” ujar Bupati Garut beberapa waktu lalu.
Diberitakan sebelumnya, untuk mempertahankan hidup dan biaya sekolah Siti, keluarga Enawati sempat menjual kain sarung karena mengalami kekurangan makanan dan obat-obatan serta tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat. Beruntung, salah satu komunitas dari Kelompok Kerja (Pokja) Salarea Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut menyalurkan bantuan Sembako guna meringankan beban hidup keluarga Enawati. (JM)
Komentar ditutup.