HARIANGARUTNEWS.COM – Mengalirkan anak panah di atas Kuda salah satu standarisasi pemanah berkuda (Horseback Archery) merupakan kemampuan seorang pemanah dalam melesatkan anak panah secara terus menerus, mengalir dan akurat dari atas kuda yang laju. Adalah Zavierre Fachrie E.G atau yang akrab dipanggil Kakang, siswa Kelas XI SMUN 1 Garut yang memiliki kemampuan tersebut.
“Seorang pemanah harus mampu menguasai berbagai teknik. Pada badan seorang pemanah harus terlatih membawa anak panah sebanyak mungkin, dengan berbagai posisi quiver yang harus dikuasai sama baiknya. Kemampuan ini akan dicapai dengan proses belajar yang lama, sabar, dan dapat menguasai ego diri sendiri,” ungkap Kakang saat berbincang di kediamannya di Jalan Kabupaten, No K6, Kelurahan Paminggir, Kecamatan Garut Kota, Sabtu (03/08/2024).
Dahulu memanah memang merupakan kegiatan yang identik dengan berburu dan berperang. Namun, seiring zaman, memanah kini menjadi salah satu cabang olah raga, bahkan hobi yang banyak mengandung manfaat. Tak ayal, karena kecintaannya memanah diatas Kuda, Kakang beberapa kali menorehkan berbagai prestasi gemilang dengan menyabet medali mulai tingkat lokal hingga internasional.
“Penghargaan yang pernah saya terima diantaranya De Wisdom Archery Cup, Juara 1 Internal Competition Garut Horseback Archery Centre, mendapat sertifikat pada ajang Leader Horseback Archery Challenge Perdana National Championship, Sertifikat sebagai peserta Latgab HBA DPD Provinsi Banten, dan event Patih Laga II di Jawa Timur yang pesertanya dari berbagai negara di Asia,” ungkap Kakang.
Ia menuturkan, pada 10-11 Agustus 2024 mendatang, dirinya mendapat undangan perlombaan Liga Memanah Berkuda Indonesia SERI 2-2024 yang digelar oleh EO Sinergi Berkuda Indonesia dengan Pordasi Provinsi Banten di Bandi Stable, Kota Serang.
“Saya masuk di Grup E Kelas Profesional bersama Malaysia dan Cina, dan yang paling membanggakan foto saya dijadikan sampul pada kejuaraan tersebut. Mudah-mudahan membawa nama baik Kabupaten Garut meski tidak pernah diapresiasi oleh pemerintah disini,” ujar Kakang seraya tersenyum.
Ia menambahkan, banyak orang menilai, olahraga berkuda adalah olahraga elit, tetapi sulit, penuh resiko, serta termasuk olahraga berbahaya. Maka oleh karenanya dibutuhkan latihan yang intensif, mental dan emosional yang stabil, serta keterampilan yang baik di olahraga ini. Hubungan dirinya dengan pelatih, kata Kakang, didasarkan pada rasa hormat.
“Kami menghormatinya dan beliau menghormati saya. Selama latihan, pelatih menganggap kami sebagai saudara, Ia membuat kami mencintai Kuda kesayangan saya. Beliau mengajarkan hal-hal sederhana yang dapat dengan mudah dipahami,” pungkas Kakang yang kerap berlatih ber-Kuda di kawasan Dukuh, Kecamatan Tarogong Kaler.
Sementara, ibunda Kakang, Hj. Waffie Zakiyah Basri SE mengatakan, alangkah beruntungnya putranya sejak dini sudah menjadikan memanah dan berkuda sebagai hobinya. Perkembangan teknologi informasi, kata Waffie, tak dapat dipungkiri memiliki efek samping yang tak main-main pada kesehatan, baik fisik maupun mental.
“Berinteraksi dengan kuda mampu melatih percaya diri dan tanggung jawab anak. Interaksi tersebut dapat memantik ikatan emosional dalam dirinya. Belum lagi, berkuda juga dapat meningkatkan keberanian, yakni ketika berhasil mengendalikan kuda dan membuat kegiatan mengendarainya nyaman. Dan yang tak kalah penting bagi orang beriman, nilai tertinggi yang harus diketahui dan disadari ialah keduanya merupakan olahraga yang Rasullah SAW gemari,” pungkas Mami, sapaan akrab Hj. Waffie Zakiyah Basri. (*)