Nani menjelaskan, rumah yang dihuninya berukuran kurang lebih 20 meter tersebut sudah sangat rapuh, karena ia tak mampu memerbaikinya. Sedangkan kata Nani, jumlah yang tinggal ada 7 jiwa dari tiga kepala keluarga.
“Diluhur tos ditunjel da sieun runtuh (atap rumah ditopang sementara, karena takut ambruk),” ucap Nani, dengan wajah sendu.
Nani dan suaminya tak mampu lagi memperbaiki rumahnya karena alasan kemampuan ekonomi, suaminya Kandi, yang sudah sakit-sakitan tak mampu lagi bekerja, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup, Nani terpaksa bekerja serabutan, terkadang buruh tani, itu pun kalau ada yang membutuhkan tenaganya.
“Abdi mah kahoyong, pami pamarentah merhatoskeun ka rahayatna, ulah ukur aya nu datang moto bumi wungkul tapi teu puguh bejana (Saya ingin, kalau pemerintah memperhatikan rakyatnya, jangan cuma ada yang foto rumah, tapi tak ada cerita lagi kedepannya),” (Han-Ren)
Komentar ditutup.