HARIANGARUTNEWS.COM – Desa Cikedokan merupakan desa pokok dari tiga desa yang berada di wilayah Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut , yakni Desa Mulyasari, Sukasenang dan Desa Mekarsari. Tahun 1969 sampai 1979, luas wilayah Desa Cikedokan mencapai 140,40 Hektare yang berbatasan sebelah Barat Desa Mekarsari, sebelah Utara Desa Banjarsari dan Padamukti Kecamatan Pasirwangi , sebelah Timur Desa Sukasenang dan sebelah Selatan Desa Karyajaya.
Pada tahun 1980 Desa Cikedokan dimekarkan menjadi dua desa yakni Desa Mulyasari dan Desa Sukasenang
dan nama Desa Cikedokan sendiri dihapus menjadi Desa Sukasenang. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun
1983 Desa Mulyasari dimekarkan menjadi dua yaitu dengan Desa Mekarsari, sedangakan Desa Sukasenang dimekarkan dengan Desa Cikedokan dan nama tersebut diambil dari nama desa pokok sebelumnya hingga sekarang.
Desa Cikedokan meliputi 3 Dusun, 8 Kampung, 5 RW dan 24 RT. Kepala desa yang pernah mempimpin diantaranya, Oon Dahlan Tahun 1960-1968, A. Burhan Tahun 1969-1977 , Endang Wasmin (Pjs) Tahun 1978-1980, Raji Tahun 1981-1983, Duleh Hasanudin Tahun 1983-1985, A. Sambas (Pjs) Tahun 1986-1997 , Dahlan Dahria Tahun 1997-2001 , Yahya (Pjs) Tahun 2001 s/d 2002, Kamaludin Ependi Tahun 2002-2007 , Abun Hilman Tahun 2008-2013, Kamaludin Ependi Tahun 2013-2019 dan 2019-2025 (sekarang) .
Visi Desa Cikedokan adalah, Terwujudnya Desa Cikedokan yang Mandiri, Berkarya, Bermartabat dan Religius Menuju Ridlo Allah SWT, dan Misinya adalah, Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Pelayanan Optimal Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Terhadap Seluruh Warga Masyarakat. Sementara, untuk penyelenggaraan pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat) dan kelembagaan BPD, LPM, MUI, PKK, Karang Taruna dan lainnya termasuk unsur tiga pilar desa.
Saat ini Desa Cikedokan dipimpin oleh Kepala Desa (Kades) Kamaludin Efendi yang dibantu Sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya termasuk tiga kepala dusun. Di desa ini, aktifitas perekonomian masyarakat ada tiga yang dominan, yakni buruh tani, pengrajin home industri dan pedagang keliling, sisanya ada petani, peternak dan UMKM.
Kades Cikedokan, Kamaludin Efendi, saat wawancara dengan tim hariangarutnews.com menyampaikan, bahwa capaian pembangunan yang telah dilakukan dari segi infrastruktur desa, salah satunya adalah pembangunan rehabilitasi atau normalisasi Bendung Cimanuk untuk pengairan areal pertanian. Kemudian pembangunan sarana transfortasi jalan desa, baik dari Dana Desa (DD), bantuan pemerintah provinsi dan kabupaten.
“Bantuan-bantuan lain termasuk Rutilahu, Alhamdulillah di Desa Cikedokan mencapai 70 persen, baik yang dari pusat, provinsi maupun kabupaten, juga yang dialokasikan dengan Dana Desa, kami sudah merealisasikan,” terang Kades.
Menurut Kades Efendi, warga yang menerima program Rehabilitasi Rutilahu (rumah tidak layak huni) mencapai 15% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di desanya. Namun kondisi saat ini, lanjut dia, ada yang rumahnya perlu direhabilitasi karena faktor usia bangunan yang sudah tua.
“Ini kebanyakan penerima rutilahu, adalah buruh tani, karena mayoritas di Cikedokan adalah buruh tani,” ucapnya.
Kades Cikedokan juga menyebutkan, bahwa di wilayahnya ada beberapa produk unggulan hasil kreatifitas warga di bidang olahan makanan Raginang dan Rangining di wilayah dusun 3.
“Selain yang tadi Raginang dan Rangining, ada juga yang berjualan makanan olahan seperti Baso Aci dan Seblak. Kegiatan ini cukup membantu perekonomian warga kami,” katanya.
Para pelaku usaha ini menurut Efendi, penting didorong dari segi pemasaran atau marketingnya. Karena, terutama pengrajin Raginang dan Rangining ini kalah bersaing dengan yang berjualan dengan sistem online. Ia pun mengupayakan hal ini melalui kelembagaan BUMDes, agar warga para pengrajin yang ada bisa bersaing.
“Kami pelatihan sudah ada beberapa kali, tapi belum ada titik temu cara mengakomodir mereka, karena mereka masih sendiri-sendiri melakukan usahanya. Belum berpikir dengan berkelompok lebih menguntungkan dengan sendiri-sendiri. Para pengrajin ini bukan hanya kaum ibu-ibu usia produktif saja, tidak sedikit yang sudah lanjut usia pun masih produktif dengan usaha ini. Cara mereka kan, belanja sendiri, produk sendiri, jual sendiri, sehingga produksi dan pemasaran pun tidak meningkat,” terangnya.
Padahal, kata Efendi, kalau pengrajin fokus produksi dan pemasaran diserahkan ke kelompok atau khususnya ada bidang marketingnya, akan ada peningkatan produksi yang berimbas pada pendapatan.
“Kemarin pernah ada dibantu pemasaran sama BUMDes, tapi ya mungkin mereka enak sendiri-sendiri. Ya kita belum bisa membaca dan mengarahkan usaha mereka secara profesional,” paparnya. (Ndy-TN)