Hadiri dan Buka Politician Club Hima Persis, Wakil Bupati Garut : Proporsional Tertutup atau Terbuka Kita Serahkan Kepada Mahkamah Konstitusi

FOKUS571 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Himpunan Mahasiswa (Hima) Persis Garut gelar Politician Club dalam tema “Overthinking Menyambut Pemilu Proporsional Tertutup atau Terbuka, ada apa dengan AKU?”, di Gedung Pendopo Garut, Minggu (26/03/2023).

Hadir dalam acara, Wakil Bupati Garut dr Helmi Budiman selaku Keynote Speaker, kemudian selaku narasumber dari Ketua DPC PDI Perjuangan, Yudha Puja Turnawan, Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Yudi Nugraha Lasminingrat, Ketua DPC Partai Bulan Bintang dan perwakilan DPC PAN.

Usai membuka acara, Wakil Bupati Garut, dr Helmi Budiman, kepada awak media menyampaikan, bahwa apapun nantinya yang diputuskan oleh pemerintah, semua harus siap menerimanya.

“Tadi saya sebagai keynote speaker bukan sebagai narasumber, saya bicara sebagai pemerintah. Jadi apapun yang diputuskan pemerintah, saya mau mengajak kita menerima dan siap dengan sistem apapun. Proporsional tertutup kita harus siapkan, begitu juga terbuka kita harus siapkan,” ujar Helmi.

Menurutnya, masing-masing punya argumentasi baik yang ingin proporsional tertutup maupun terbuka, semuanya menyerahkan kepada Mahkamah Konstitusi (MK).

Lebih lanjut ia menyampaikan, kalau bicara selaku ketua partai politik, dimana dirinya selaku Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bagi partainya lebih memilih terbuka, karena para calon legislatif ini bukan hanya yang dibina dan dididik oleh partai politik. Luar dari itu pun banyak calon legislatif yang ketokohannya mumpuni dan mampu jadi corong masyarakat, menjadi sarana aspirasi.

“Saya melihat bahwa, terbuka tentu akan lebih bisa menjadikan yang berkualitas, baik yang dari partai politik, maupun yang baru masuk kepada partai politik. Saya juga kalau bicara terkait partai politik, kan saya di PKS. PKS di pusat menginginkan terbuka,” papar Helmi Budiman.

Sementara, Ketua DPC PDI Perjuangan, Yudha Puja Turnawan, berpendapat, bahwa dengan sistem terbuka, banyak terjadi money politic (politik uang) yang akhirnya merusak demokrasi dan akhirnya kualitas wakil rakyat juga kurang mengandalkan uang. Makanya, pihaknya di PDI Perjuangan lebih condong kepada proporsional tertutup, agar partai politik bisa menentukan kadernya yang terbaik dan telah digembleng, menjalani pendidikan kader untuk bisa duduk menjadi wakil rakyat.

“Agar bisa bekerja ideologis, menjembatani kepentingan masyarakat. Hari ini dengan terbuka, kadang wakil rakyat yang terpilih, fokus di desanya saja, atau di kecamatannya saja. Tidak memikirkan masyarakat Garut pada umumnya,” terang Yudha.

Sehingga, pihaknya lebih ke arah proporsional tertutup, agar peran parti lebih kuat dalam menentukan kadernya yang ditempatkan di parlemen.

“Karena masyarakat akan memilih lambang partai. Siapa saja nanti yang terpilih, jumlah suara yang diraih, kemudian dari urutan yang ditentukan oleh partai politik. Sehingga kita bisa mengedepakan kader-kader terbaik kita diurutan teratas,” katanya.

Ditempat yang sama, Ketua DPC PPP) Kabupaten Garut, Yudi Nugraha Lasminingrat mengatakan, pihaknya masih patsun (taat) terhadap DPP, bahwa sistem pemilu 2024 dilaksanakan secara terbuka.

“Tapi tentunya kami juga akan patsun juga terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Apabila seandainya pelaksanaan pemilu nanti dilaksanakan secara tertutup, kami harus siap,” ujar Yudi.

Lanjut kata Yudi, sistem efektifitas pemilu proposional terbuka dan tertutup, tentunya akan menjadi catatan khusus bagi DPC PPP Kabupaten Garut.

“Intinya hal ini menjadi catatan khusus bagi kami kedepan, bagaimana kami melakukan kerja. Baik itu kerja organisasi maupun kerja elektoral, yang tentunya harus lebih signifikan. Sehingga bisa lebih mendapatkan nilai-nilai esensi dari sebuah perjuangan partai, dimana partai kami partai Kabah, partai PPP. Apapun sistem Proposional tertutup atau terbuka bagi kami siap, sehingga PPP ini bisa mencapai eksistensi nya di pemilu 2024,” katanya.

Sebagai Kader PPP yang lahir di era milenial. Menurutnya wajar jika dirinya paham akan sistem efektifitas terbuka.

“Jelas kami sudah mempelajari, istilahnya paham dengan dengan sistem terbuka. Jadi mungkin dengan hitung-hitungan terbuka dan tertutup kami lebih optimis di terbuka, tetapi seandainya tertutup pun, kami akan bekerja secara maksimal, bahkan memaksimalkan kerja struktur sampai tingkat RW yang ada diwilayah Kabupaten Garut,” papar Yudi. (Ndy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *