Tandu Asli milik Jenderal Sudirman Terawat Rapi di Monumen Yogya Kembali

FOKUS7,908 views

Bertandang ke Monjali, pengunjung akan menemukan salah satu peninggalan penting dari pahlawan bangsa, adalah tandu milik Jenderal Soedirman. Tandu ini berada di ruang Museum II Monjali, diletakkan bersama dengan sebuah dokar beserta alat makan. Ketiga benda ini pernah digunakan Jenderal Soedirman semasa perang bergerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dokar, Tandu dan Selop milik Jenderal Sudirman semasa bergerilya pada tahun 1945-1949 terawat rapi di Monumen Yogya Kembali.

Kepala Manager Operasional Badan Pengelola Monumen Yogya Kembali (BPMYK), Nanang Dwinarto kepada hariangarutnews.com menuturkan, tandu yang saat ini menjadi bagian dari koleksi itu didapatkan dari warga Wonosari yang menyimpan dan sudah dirawat selama 68 tahun oleh pihak museum. Menempuh jarak 1.009 kilometer dengan waktu tempuh 7 bulan. Selama bergerilya, kata Nanang, Jenderal Soedirman total menghabiskan 11 buah tandu. Dari tandu itu, ribuan kisah dapat diceritakan kepada generasi muda. Salah satunya peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

“Jenderal Soedirman melakukan perang gerilya dengan ditandu. Semasa perang kemerdekaan, meski dalam kondisi sakit paru, Panglima Besar pertama Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu tetap bersama pasukannya. Tandu yang menjadi koleksi Monumen Jogja Kembali ini asli bukan replika, dan merupakan tandu pertama yang digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman saat bergerilya,” ungkap Nanang, Rabu (10/11/2021).

Selama perjalanan bergerilya, lanjut dia, Jenderal Soedirman tidak selamanya menggunakan tandu, pernah juga jalan kaki, naik dokar hingga mobil, tergantung situasi medan yang dilewati. Dan yang mengagumkan bahwa dokumentasi kata-kata pembakar semangat yang pernah diucapkan ataupun ditulis Jenderal Soedirman, termasuk foto-foto selama bergerliya juga terpajang di Monumen Jogja Kembali.

“Konstruksi tandu yang digunakan Jenderal Soedirman terbilang sangat sederhana, yakni terbuat dari kursi dan kayu yang diikat tali. Bagian atas kursi dibuat atap dari kain. Di bawah sisi depan diberi pijakan kaki dan kedua sisi disambung dengan kayu panjang sebagai tempat untuk pemikul,” ungkapnya.

Guna memupuk rasa cinta tanah air, Kepala Manager Operasional BPMYK, Nanang Dwinarto, kerap menceritakan kisah-kisah heroik para pahlawan dan juga memberikan wawasan kebangsaan kepada setiap pengunjung.

Nanang menambahkan, museum sangat merawat peninggalan bersejarah ini, salah satunya dengan teknik fumigasi yang menggunakan zat kimia. Teknik bertujuan menjaga agar kain tandu tersebut tidak sobek. Menjaga peninggalan perjuangan pahlawan sama dengan ikut menjaga peninggalan leluhur serta mengabadikan agar tetap terkenang untuk diwariskan kepada generasi mendatang, sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan yang tak pernah bisa terbayarkan, pungkasnya. (Igie)

Komentar ditutup.