“Gaduh hasil buburuh ngabatik ukur cekap kanggo tuang wumgkul, bumi kontrakan kedah dibayar unggal sasih, pami henteu ema calik dimana, da bumi kagusur. (Ya penghasilan membatik hanya cukup buat makan saja, rumah kontrakan harus dibayar tiap bulan, kalau enggak ema mau tinggal dimana, rumah dulu tergusur,” ucap Mah Enong, Senin (19/04/2021).
Kepada hariangarutnews.com Mah Enong mengaku, sedang menawarkan hasil karyanya, batik tulis asli Garutan. Namun karena beberapa butik yang biasa menerima sedang kondisi tidak normal, batinnya ini belum jadi uang.
“Ema bingung ngical kamana, sedengkeun artos peryogi kanggo kontrakan bumi (Emang bingung mau jual kemana, sedangkan rumah kontrakan harus dibayar,” ucapnya dengan wajah bingung.
Ia berharap, batiknya bisa terjual secepat mungkin untuk memenuhi kebutuhannya, karena saat ini kebingungan membayar rumah kontrakannya. Kondisi sosial ini menggambarkan betapa dahsyatnya bencana non-alam pandemi Covid-19. Banyak rakyat yang berada dibawah garis kemiskinan menangis pilu kesusahan. (Ndy)
Komentar ditutup.