Ia merinci, dari bahan campuran adonan proyek, tata cara penyusunan batu justru ditata satu baris dengan adonan yang sedikit ( tatanan batu kosong ) sehingga nampak celah saat di amati dari depan sebelum di plester. Bahan yang digunakan juga dari adonan pasir , dengan prmberian semen kurang maksimal, yang dinilai tak akan memperkokoh TPT.
” Ada dugaan ini dikerjakan hanya untuk meraup keuuntung yang lebih besar karena campuran semen dalam campuran pasir sangat minim sekali”, ungkap Harun, Senin (2/12/2019)
Dikatakan Harun, menindaklanjuti temuan tersebut dan telah menanyakan langsung , mengkonfirmasi ke pihak Dinas PUPR, melalui sekdis, Jujun, akan tetapi telah “menyangkalnya” dan setelah saya cek lagi ke lokasi , pihak PUPR langsung menyuruh CV (pengusaha) untuk memperbaikinya.
Dan beberapa proyek pengerjaan infrastruktur di Garut, sering dikerjakan asal-asalan dan hanya mencari keuntungan. Sehingga pihaknya mengancam akan melayangkan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).dan kejaksaan
“Kita akan laporkan, berikut beberapa bukti temuan yang telah kami kantongi,” tegasnya.
Harun, mengaku, akan segera melaporkan serta menyerahkan beberapa bukti proyek dinas PUPR, yang di duga proyek tersebut mengurangi volume ,dan menyalahi bistek yang tidak sesuai RAB dan RKS,contoh nya saja pekerjaan proyek TPT di desa Barusuda kecamatan Cigedug tadi, dan Pembangunan jembatan di kampung Pencut Kidul Desa Pangrumasaan Kecamatan Peundey, dari sumber Dana DAK, tidak ditemukan papan impormasi dan pekerjaan seharusnya pake besi uril malah pake besi 12 , serta pemasangannya cuma ditempel di batu,dikhawatirkan kalau musim hujan nanti akan lepas karena tidak pakai selup, Bukti tersebut nantinya akan dikirimkan melalui Email ke BPK, tegasnya.
“Dengan begitu kita tidak perlu berasumsi panjang lebar, biarkan hukum yang berbicara,” pungkas Harun. (Irwan Wijaya)***
Komentar ditutup.