Isu Tsunami, BPD Cibatu Garut Pulang Mendadak dari Pangandaran

SEPUTAR GARUT991 views

Rencana mau melaksanakan study tour di Pangandaran, seluruh BPD Kecamatan Cibatu akhirnya pulang pada tengah malam Minggu (21/7) kemarin.

Seperti diutarakan Ketua BPD Padasuka, Anwar Sadida, membenarkan kalau seluruh BPD pulang mendadak karena isu yang bersumber dari BMKG, bahwa wilayah pantai selatan akan berpotensi stunami.

“Kita sebagaian sedang berada di kamar hotel, lainnya berada diluar. Tiba-tiba ribut akan ada stunami akhirnya kami pulang kembali,” ujarnya.

Kata Anwar sebenarnya pemberangkatan study tour ini tidak jelas perencanaannya. Acara tidak ada tersusun formal, seperti apa lokasi study yang akan dikunjungi. Study tour tersebut merupakan rangkaian agenda pelatihan pembinaan bagi BPD yang baru dilantik. Pembinaan dilaksanakan di aula kantor kecamatan Cibatu.
“Ini pelaksanaannya terkesan tidak siap. Pembawa acaranya malah dari BPD, semestinya BPD sebagai peserta cukup duduk mengikuti pembinaan saja, ” sambungnya.

Pembinaan BPD yang dananya bersumber dari dana desa, imbuh Anwar selanjutnya selang satu hari BPD diberitahu melalu watshap untuk study tour ke Pangandaran. Itu pun tidak tahu siapa pembimbingnya, hanya didampingi beberapa kepala desa dan satu orang staf kecamatan.

Kekecewaan pulang mendadaknya dari Pangandaran muncul dari salahsatu akun media sosial anggota BPD Mekarsari Budi Suryadi, dirinya kecewa karena dianggap tergesa-gesa yang memaksa dirinya pun turut pulang. “Pasrah we lah. Kumaha engke paehmah sakali. eh batur sarieuneun, kabawakeun jadina.liburan gatot,” katanya di akun medsos miliknya.

Sementara mantan Ketua Forum BPD Cibatu Tata E. Ansorie, saat dimintai komentarnya mengatakan sah-sah saja BPD melakukan study Banding untuk menambah wawasan agar menjadi bekal untuk dijadikan pedoman di desanya masing-masing. Hanya saja perlu perencanaan yang matang dan terencana dengan baik. “Desa tujuan study harus sesuai mulai demografi hingga sosial masyarakatnya. Study tour ke Pangandaran tentunya wilayah desa-desa pesisir sepertinya kurang tepat. Idealnya study nya ke wilayah dataran tinggi atau semi perkotaan, seperti daerah Jawa atau dekatnya Sumedang atau Bandung. Kalau ke Pangandaran ya piknik bukan study, apalagi tanpa didampingi pembimbing yang ahli dalam tata kelola desa, ” ungkapnya. (Ndy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *