“Beginilah dek, dari jualan rongsok paling dapet 100 ribu, itu juga ngumpulinnya selama 1 minggu, kadang juga 50 ribu, ya Syukur Alhamdulillah. Ya kalau gak dapet gak bisa makan, paling kalau lapar ditahan puasa aja,” ungkap Atum saat ditemui hariangarutnews.com, Sabtu (10/07/2021).
Atum menuturkan, saudaranya serakah sehingga terpaksa dia meninggalkan rumahnya. Dia mengaku sudah tidak diperdulikan keluarganya, sehingga dia memilih untuk tinggal sendiri di gubuk yang terbuat dari lapisan plastik seadanya yang dia buat. Saat turun hujan dia kedinginan karena plastik gubuknya banyak yang berlubang.
Bicara soal makan, sudah pasti Atum lebih sering kelaparan tetapi ada juga yang berbelas kasih memberi makan atau uang. Menurutnya, jika tidak ada yang memberinya makan, dia terpaksa menahan lapar itu sendiri. Atum tetap sabar, dengan kondisi yang dialami dan dijalaninya saat ini. Hidup dengan segala keterbatasan yang dia miliki, dia senantiasa bersyukur dan ikhlas.
“Saya selalu bilang kepada Sang Khalik, Ya Allah terimakasih atas pertolongan-Mu. Saya terharu, masih ada orang-orang baik yang mau menolong orang seperti saya ini. Saya do’akan semoga Allah SWT senantiasa menolong dan melancarkan rezeki orang-orang yang dengan ringan menolong saya,” ungkapnya, dengan wajah sayup dan linangan air mata terlihat mengalir di kulit pipinya yang mulai mengendur. ia nampak rapuh, tapi dia tetap mampu bersyukur.
Atum tercatat sebagai salah satu warga Kampung Bera, Desa Cisarua, Kecamatan Samarang sebagaimana tercantum dalam identitasnya Kartu Tanda Penduduk (KTP)-nya. Dia tidak mengharapkan banyak kepada pemerintah Kabupaten Garut, tetapi dia hanya butuh untuk makan saja, itu juga sudah lebih dari cukup.
“Saya tidak minta banyak kepada pemerintah, saya inginnya bisa makan. Tidak minta yang aneh-aneh, begini aja. Segini juga yang penting saya sudah ada tempat tinggal. Saya berdoa semoga ada pihak yang mendengar dan membantu saya dengan ikhlas karena Allah,” pungkasnya. (Fixx)
Komentar ditutup.