Oleh : Nendi Sajidin | Redaktur Pelaksana Harian Garut News
HARIANGARUTNEWS.COM – Jelang Pilkada tanggal 27 November 2024, suhu politik pastinya akan mulai memanas. Berbagai macam teknik dan taktik dilakukan para kandidat demi meraih simpati dan dukungan masyarakat agar memilihnya di hari pelaksanaan Pilkada. Kampanye yang belum masanya sesuai tahapan KPU, diganti istilah dengan agenda silaturahmi atau kunjungan, yang pada intinya tetap saja kampanye menawarkan visi misi dan program.
Kunjungan atau silaturahmi para kandidat ini dilakukan dengan cara menemui tokoh masyarakat berpengaruh atau tokoh ulama, tokoh pemuda juga para pimpinan lembaga/organisasi kemasyarakatan (ormas). Atau bisa saja para kandidat ini menemui kelompok panitia kegiatan yang bersifat sosial dengan menjadi donatur utama mungkin atau turut berpartisipasi dalam anggaran kegiatan.
Sekalipun belum secara resmi sebagai calon atau pasangan calon yang akan dipilih. Namun tentunya kehadirannya diharapkan diingat oleh warga masyarakat, dan di kemudian hari masyarakat mendukung dan memberikan pilihannya di TPS pada hari pelaku Pilkada 27 Nopember 2024.
Setiap momen kegiatan, para kandidat akan melakukan publikasi di berbagai platform media, baik konvensional maupun media sosial (medsos). Bertemu dengan ulama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda atau hadir di kegiatan sosial, seolah berbaur dengan warga masyarakat, tentunya ini akan selalu menghiasi halaman website media konvensional, surat kabar atau koran dan medsos.
Ucapan do’a dari para ulama selalu menjadi andalan para kandidat,.menjadi judul berita atau caption di medsos, apalagi ulama yang ditemuinya sekelas pengurus tingkat kabupaten atau ulama pesantren ternama yang familiar ditelinga warga masyarakat. Diharapkan ini menjadi daya tarik bagi masyarakat dengan melihat sosok ulama yang dicintai dan dihormatinya, menjadi aura positif bagi kandidat itu sendiri.
Sejatinya peran ulama sangat dibutuhkan dalam menjaga keharmonisan hubungan yang baik di masyarakat. Utamanya menyongsong Pilkada serentak 27 November 2024 mendatang. Karena itu, ulama merupakan kata kunci dalam menciptakan suasana kondusif tersebut.
Sebagai penjaga keharmonisan masyarakat, ulama bisa berperan meredam gejala konflik yang bisa muncul di tengah perhelatan Pilkada. Kondusifitas wilayah tidak hanya terkait dengan keamanan fisik semata. Namun, juga mencakup keadaan harmonis dan toleran di antara warga.
Peran ulama adalah penjaga moral dan spiritual masyarakat. Sebab ulama yang memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan dan pencerahan kepada umat, termasuk memupuk nilai kebersamaan dan toleransi. Makanya para ulama tidak bisa secara langsung menyatakan dukungan kepada salah satu saja pasangan calon. Mereka akan mendoakan kepada siapapun kandidat Pilkada yang datang berkunjung.
Karena dampaknya akan menjadi kurang baik bagi dirinya sendiri selaku pembina spiritual masyarakat. Para ulama harus bisa bersinergi dengan umara atau pemerintahan dalam membangun kebersamaan dan keharmonisan masyarakat. Marwah para ulama harus dijaga, semoga dengan do’a yang dipanjatkannya, Pilkada Garut 27 Nopember 2024 mendatang, menghasilkan pemimpin yang baik dan amanah. (*)