Catatan Redaksi : Ini Kriteria Calon Wakil Bupati Garut Bagi Helmi Budiman

FOKUS2,668 views

Oleh : Pimpinan Umum Tata Ansorie, S.Kom

HARIANGARUTNEWS.COM – Besok Senin sudah memasuki bulan Juli 2024, artinya para kandidat dan partai politik harus segera menentukan pilihan koalisi dan pasangan calon, karena pada bulan Agustus mesti telah mendaftarkan ke KPU Garut.

Wacana yang disajikan media beraneka ragam, seakan-akan kandidat diprediksikan berpasangan dengan calon lainnya. Tentu hal itu disesuaikan dengan agenda pertemuan kandidat itu sendiri yang terpantau oleh media. Akhirnya disajikan seolah pertemuan kontestan sepakat berpasangan, karena publik memang tak sabar menunggu kabar beritanya.

Info terkini figur kuat dr. Helmi Budiman dipasangkan dengan Dicky Candra. Bahkan pasangan ini dibumbui mendapat dukungan besar dari jajaran pengurus PKS. Lagi-lagi media menyodorkan informasi mengelitik, sehingga publik saling mencari kebenarannya. Padahal pasangan ini disajikan berupa foto pasangan terpisah, bukan karena peristiwa pertemuan antara Helmi Budiman dan Dicky Candra.

Dari info tersebut cukup memudarkan calon pasangan Helmi sebelumnya yang digadang-gadang dengan Putri Karlina, Helmi – Nadiman, Helmi – Yudi Lasminingrat, Helmi – Yuda. Lagi-lagi itu sajian media yang disimpulkan dari pertemuan para kandidat tersebut.

Lalu siapa sebenarnya yang akan berpasangan dengan dr. Helmi Budiman ?. Perlu diketahui, Helmi merupakan tokoh partai senior diantara kandidat yang mencalonkan di pilkada Garut 2024 ini. Popularitas dan jam terbangnya otomatis melampaui semua kandidat. Apalagi ia merupakan mantan wakil bupati selama 10 tahun, yang tak bisa dipisahkan sehari-harinya bersentuhan dengan masyarakat.

Melihat pengalamannya menjadi wakil bupati Garut dua periode. Ini merupakan jabatan paling langka dalam memimpin sebuah pemerintahan. Jokowi saja sebagai presiden berganti wakil, demikian pula gubernur Ahmad Heriyawan dua periode berganti wakil pula. Hanya pasangan Rudy Gunawan – Helmi Budiman yang konsisten dua periode memimpin Garut.

Mari kita tengok beberapa peristiwa pemimpin Garut. Masa Tahun 2003-2008, pemerintahan Garut dipimpin oleh Agus Supriadi – Memo Hermawan. Tentu pasangan tersebut tidak harmonis. Dipertengahan tahun masa jabatan, Agus Supriadi melaksanakan programnya saba desa. Program tersebut semakin meningkatkan populatitas kepala daerah, secara politis Agus Supriadi dipandang akan melanjutkan kepemimpinannya di pilkada selanjutnya.

Keretakan tersebut dapat terbaca mempengaruhi lingkungan birokrasi. Kala itu muncul ada geng di masing-masing pejabat. Maka pergantian jabatan dilingkungan pejabat terasa cukup panas. Peristiwa paling menyakitkan bupati Agus Supriadi di tahun 2007 harus terdegradasi karena persoalan hukum.

Kemudian, bulan Januari 2009 pasangan bupati-wakil bupati Garut Aceng HM Fikri – Dicky Candra dilantik. Babak baru pemimpin dari jalur independen menguasai pemerintahan. Tapi mereka hanya bertahan 2 tahun, keduanya retak sehingga pada bulan September 2011 wakil bupati Dicky Candra mundur dari jabatannya.

Seperti diketahui, alasan Dicky Candra mundur dari jabatan wakil bupati Garut karena terbatasnya peran wakil bupati dan ada masalah soal belanja penunjang operasional kepala daerah.

Dari peristiwa Dicky Candra dapat diketahui kenapa tiap pasangan kepala daerah kerap muncul keretakan, alasannya yang disebutkan tadi yakni terbatasnya peran dan kesenjangan penunjang operasional. Maka tak heran jika terjadi putus ditengah jalan atau wakil akhirnya mencalonkan di pilkada berikutnya melawan bupati/walikota/gubernur.

Lalu mengapa dr. Helmi Budiman dapat bertahan dengan Rudy Gunawan hingga dua periode?. Bukan berarti mulus-mulus saja, ketidaksepahaman tentunya kerap muncul. Hanya saja Helmi Budiman memegang beberapa prinsip yang ia pegang hingga berakhir mulus bersama-sama.

Prinsip yang dirinya pegang diantaranya, waktu memenangkan di pilkada 2013, pasangan Rudy-Helmi berharap dapat memimpin Garut lima tahun dengan mulus. Mereka tidak ingin mengulang peristiwa pemimpin Garut sebelumnya yang retak. Kedua, Helmi Budiman memposisikan Rudy Gunawan sebagai kakak kandung, pun sebaliknya Rudy menganggap Helmi sebagai adik.

Yang paling krusial dalam bernegara, Helmi Budiman memegang prinsip patuh dengan tugas dan pungsi jabatan wakil bupati. Dirinya tahu wakil bupati harus mendukung bupati, dan dirinya tahu batas-batas jabatan wakil bupati.

Pasangan Rudy-Helmi merupakan type pasangan kepala daerah yang ideal. Satu sama lain memiliki peran saling mendukung. Rudy Gunawan yang meledak-ledak, sementara Helmi Budiman yang mengayomi.

Dari tulisan diatas tentu kita dapat membaca, apakah pasangan Helmi Budiman – Dicky Candra dapat dikehendaki?. Alasan Dicky Candra mundur sebagai wakil bupati pada tahun 2011, kemudian maju sebagai calon wali kota Tasikmalaya pilkada 2017, menggambarkan sepertinya tak menghendaki jabatan wakil. Seperti halnya Sahrul Gunawan di kabupaten Bandung maju melawan Dadang Supriatna, atau kala itu Dede Yusuf melawan gubernurnya Ahmad Heryawan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *