Rasionalitas dan Strategi Bertahan Hidup Para Pemandu Lagu di Garut, RZ : Biasanya Mereka Penasaran, dan Ngajak Lanjut

FOKUS3,990 views

HARIANGARUTNEWS.COM – “Halo A, selamat malam,” sapa para wanita muda itu ramah saat tamu memasuki ruang karaoke. Penampilan mereka sensual. Dengan balutan rok mini dan pakaian serba ketat menggoda.

Sebutannya wanita Pemandu Lagu alias PL. Sering juga disebut purel atau kadang Lady Escort alias LC. Tapi semua nama itu artinya sama saja. Tugas wanita-wanita ini menemani tamu berkaraoke ria dan menyuguhkan minum.

Untuk menarik tamu, para wanita muda ini berpakaian seksi. PL adalah daya tarik utama sebuah tempat karaoke. Selain cantik, PL yang ramah dan pandai menyanyi disukai para tamu karaoke.

“Ya, PL penting sekali. Banyak tamu yang datang karena sudah kenal dengan PL di sini. Tapi tentu kita juga mengutamakan kenyamanan room, audio dan video yang bagus serta minuman yang berkualitas,” kata salah seorang manajer karaoke di Garut saat berbincang dengan hariangarutnews.com

Saat ini tak sulit mencari tempat karaoke yang menyediakan wanita pemandu lagu nan seksi di Garut. Di kawasan Kerkof, Jalan Pembangunan, Cipanas dan sekitarnya bertebaran tempat-tempat karaoke seperti ini.

Rata-rata untuk satu room atau ruangan karaoke yang bisa menampung enam orang bertarif Rp 100.000-150.000 per jam. Minimal booking untuk 3 jam. Ini hanya ruangan, tanpa minum dan pemandu lagu.

“Lebih enak ambil paket. Udah semua biaya masuk, kalau tips untuk pemandu lagu di luar itu ya,” kata resepsionis sebuah tempat karaoke.

Jika tidak mengambil paket, pemandu lagu biasanya bertarif mulai Rp 100.000 per jam. Aturan minimal booking tiga jam, hanya untuk menemani bernyanyi. Tarif itu belum termasuk tips. Rata-rata PL di kawasan Kerkof dan sekitarnya Rp 400.000 untuk tiga jam.

Nah, seringnya wanita pemandu lagu ini juga bisa dibooking. Setelah suasana panas dalam ruang karaoke, biasanya berlanjut ke hubungan yang lebih intim.

Diakui seorang Pemandu Lagu, RZ (23), memang karaoke hanya pemanasan. Wanita berambut sepunggung ini sudah biasa dirangkul atau dicolek tamu di dalam room karaoke.

“Biasanya mereka penasaran, dan ngajak lanjut. Saya lihat-lihat orangnya. Tapi biasanya saya tawarin Rp 500.000. Ya kurang dikit bolehlah, untuk sekali main,” kata RZ yang mengaku dari Sucinaraja, Karangpawitan.

Dia menceritakan bahwa, selain memilihkan lagu dan menemani bernyanyi, RZ juga kadang harus siap di grepe-grepe. RZ bisa saja menolak untuk di grepe-grepe, tapi resikonya adalah pelanggan nya kecewa dan dia bisa turun grade bahkan tidak akan laku lagi. Dimana pendapatan RZ itu juga berdasarkan  grade dan tip dari pelanggan. Tetapi jika mau servis yg lebih (hs) tidak bisa dilakukan di room, jadi dilakukan diluar setelah deal harga.

Tim hariangarutnews.com menelisik para wanita pemandu lagu di Garut, tempat karaoke kadang telah berubah fungsi dari tempat bernyanyi menjadi tempat pertemuan pria hidung belang dan wanita yang siap melayani. Dinamika perkembangan zaman membuat tempat karaoke menjadi hiburan favorit. Hampir tak mungkin menertibkan karaoke plus ini, karena razia hanya bersifat sementara. Begitu tak ada razia, kembali tempat karaoke dan gadis-gadis ini beroperasi.

Hasil penelusuran menyatakan bahwa perempuan pemandu karaoke memiliki banyak alasan ekonomi untuk memilih pekerjaan sebagai perempuan pemandu karaoke. Permasalahan ekonomi terutama ketidakmampuan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan jeratan hutang menjadikan anggota keluarga utamanya perempuan menekuni pekerjaan sebagai pemandu karaoke. Akses yang mudah seperti tidak adanya klasifikasi dalam skill dan pendidikan terakhir menjadikan seorang perempuan mudah untuk menjadi pemandu karaoke.

Ya, alasan klasik terdesak kebutuhan ekonomi menjadi pengakuan utama para peraih rupiah di malam hari tersebut. Dan faktanya, ada tiga hal yang menjadi alasan utama para pekerja di dunia hiburan malam ini. Yang perlu digarisbawahi, tidak semua Pemandu Lagu bersedia diajak hubungan intim.

Pertama, terdesak kebutuhan ekonomi, dimana para PL tersebut ada yang mengaku berstatus janda dan punya anak. Tanpa keahlian untuk bekerja secara wajar, dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terpaksa mereka terjun ke dunia malam.

Ada juga yang status bersuami namun penghasilannya tak cukup. Ini juga menjadi alasan para PL ini menjajakan suara walau pas-pasan dan tampil hot depan para tamu yang membooking di room karaoke. Selain itu, mengejar gaya hidup kekinian yang jadi target PL. Punya fasilitas, kehidupan hedon dan kemewahan lainnya. Dengan menjadi PL, uang datang gampang, tak perlu keahlian khusus, cukup tampil menarik, seksi dan bisa melayani para tamu.

Diketahui, awalnya karaoke merupakan hiburan yang sangat populer bagi para pekerja di Jepang untuk melepas stres. Seiring membanjirnya alat elektronik dari Jepang, budaya karaoke pun mulai marak sekitar tahun 1970an di Indonesia.

Tingginya permintaan kaum adam membuat bisnis ini tak pernah mati. Di kota-kota besar, nyaris setiap malam tempat karaoke selalu dipadati pengunjung. Sebagian besar karena ingin dibelai oleh para pemandu lagu yang cantik dan berujung pada hubungan intim. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *