“Berdasarkan indikator statistik suhu kejadian menurut BMKG, lonjakan suhu yang terasa panas karena saat ini cuaca akan menghadapi musim pancaroba.
Suhu panas di Indonesia adalah fenomena akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Potensi suhu udara panas seperti itu dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” ungkap Satri Budi kepada hariangarutnews.com, Minggu (07/05/2023).
Indonesia, kata Kalak BPBD, tidak termasuk gelombang panas karena suhu panas di Indonesia termasuk kategori biasa dan bisa terjadi berulang. Sementara itu, salah satu faktor gelombang panas adalah suhu maksimum harian di suatu wilayah yang melebihi ambang batas statistik.
“Menurut keterangan BMKG, suhu panas di Indonesia adalah fenomena akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Potensi suhu udara panas seperti itu dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” ungkapnya.
Erik, warga Villa Lembah Asri, Desa Mekargalih, Kecamatan Tarogong Kidul mulai merasakan cuaca panas sejak seminggu yang lalu. Musim penghujan kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
“Kalau tahun sebelumnya musim hujan seperti sekarang ini biasanya cuacanya dingin, tapi ini benar-benar panas banget,” jelasnya.
Sementara Yuningsih salah satu warga Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, menyampaikan dalam beberapa hari ini dirinya merasa kegerahan walaupun pada malam hari.
“Iya panas banget, malam juga, untung kemaren malam hujan, bahkan saat subuhpun badan saya keringatan,” pungkasnya. (Igie)