Tidak terasa, 94 tahun sudah Sumpah Pemuda berikrar. Dulu, pemuda dan pemudi Indonesia tertatih-tatih menegakkan kemerdekaan. Mengeluarkan darah berjuang merebut kembali Tanah Air dari tangan penjajah, bahkan rela berkorban nyawa.
Anak muda Indonesia pun kini hidup di era digital, di masa tak ada lagi sekat antara ruang dan waktu. Dengan berbagai perubahan yang terjadi, apakah Sumpah Pemuda masih melekat di tengah generasi digital?
“Saya bergetar mendengar akan diwawancara soal Sumpah Pemuda,” ungkap Suckeyla Rivella Pattikawa, Siswi Kelas X IPS 2, SMA Stella Duce 2, Kota Yogyakarta, usai menjadi peserta Paduan Suara pada Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-94 di Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, Jumat (28/10/2022). Bagi Keyla, Sumpah Pemuda memiliki makna sangat besar.
Mungkin di era teknologi persatuan menjadi lebih mudah ditemui. Yang sering terjadi, perbedaan pendapat kadang kala justru menimbulkan perpecahan. Generasi muda, menurut Keyla, harus kembali lagi mengingat janji para pemuda di masa dulu. Sebab, isi dari sumpah akan terus mengingatkan anak muda untuk bersatu dan berkontribusi terhadap negara.
“Bahkan, di era digital, makna Sumpah Pemuda jauh lebih penting dari sebelumnya. Perkembangan teknologi justru membantu anak muda lebih mudah berkontribusi terhadap negara. Banyak cara bisa dilakukan dengan teknologi, seperti meluncurkan solusi dalam memperbaiki kualitas hidup sehari-hari. Atau menciptakan terobosan baru yang dapat mengakselerasi produktivitas,” bebernya.
Menurut Keyla, rasa nasionalisme memang diperlukan, tetapi jangan sampai tidak rasional. Misalnya, prinsip pemikiran terbuka perlu ada beriringan dengan kerja keras. Bila Indonesia memang kalah canggih dengan negara lain, tak ada salahnya harus lebih giat dalam menghasilkan karya, pungkasnya. (Igie)
Komentar ditutup.