Petani bawang merah, Ate (47) asal Kampung Batugede, Desa Sukamanah, saat diwawancarai hariangarutnews.com, Sabtu (26/12/2020), mengaku harga bawang merah saat ini tidak sesuai yang ia harapkan.
Dengan lahan seluas 1400 meter persegi miliknya, lanjut Ate, dirinya harus merogoh modal sekitar Rp8 juta, apalagi petani yang tidak dapat kartu tani, akan tambah lagi modalnya, karena harga pupuk tidak di subsidi, sementara pada panen kali ini bawang merah basah di kebunnya, dengan sistem tebas atau borong, hanya laku Rp6,5 juta. Padahal pada panen sebelumnya, dari kebun yang sama laku Rp15 juta.
“Padahal kualitas bawang merah ini cukup bagus dan tak kalah dari daerah lain. Mungkin karena panen bawang merah tahun ini bersamaan dengan daerah lain sehingga harganya anjlok,” ujar Ate.
Hal sama juga disampaikan Adul (45) yang masih tetangga Ate, dirinya mengaku pasrah dengan kondisi tersebut. Hasil panen bawang merah miliknya tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
“Ya tetap dijual meskipun harganya turun. Gimana lagi, kami hanya bisa pasrah mau di simpan dulu enggak punya tempat simpan, bisa laku saja kami sudah senang, bisa untuk modal tanam lagi,” kata Adul.
Sementara, Kepala Desa Sukamanah, H Entam Rustam, mengatakan bahwa, sudah sejak beberapa tahun lalu warga di desanya lebih memilih tanam bawang merah daripada palawija. Menurutnya, tanaman bawang merah dapat dikembangkan atau tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Sehingga harga bawang merah lebih menjanjikan jika dibanding dengan tanaman palawija lainnya.
“Namun panen kali ini harganya pindah sehingga para petani bawang merah di desanya banyak yang tidak mendapatkan keuntungan. Di Desa Sukamanah ini setidaknya ada 80% petani yang tanam bawang merah,” papar Entam.
Berdasarkan penelusuran hariangarutnews.com, harga jual bawang merah di pasar tradisional Kota Garut, hari ini pada kisaran Rp17 ribu per kilogram. Harga tersebut relatif stabil meskipun jelang perayaan Natal dan Tahun Baru. (Nank)
Komentar ditutup.