“Kades seperti Impoten. Ketika kami menanyakan prihal pembangunan yang berlangsung kepada Kepala Desa, dia hanya mengatakan tidak tahu karena hal tersebut sudah menjadi program Dispora katanya. Aneh, pasti sebelumnya ada pihak konsultan yang datang. Dan seharusnya Kepala Desa melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan para tokoh pemuda. Setiap ada kegiatan pembangunan, Kades tidak pernah melibatkan masyarakat,” ujar Armet Mamad.
Senada dengan Pengurus FPM lainnya, Ijan mengatakan dengan kondisi lapang tertutup maka tidak menutup kemungkinan akan mengundang kegiatan negatif seperti dijadikan tempat mesum atau digunakan untuk mengkonsumsi minum-minuman keras karena tidak terpantau langsung oleh masyarakat. Padahal, kata Ijan, lapangan sepakbola Persema Mekarsari kerap dijadikan tempat ajang silaturahmi untuk melakukan kegiatan berbagai aktivitas olahraga.
“Warga sudah bereaksi. Kita akan terus pantau dan mengawasi pelaksanaan pembangunan benteng di lapangan sepakbola yang sedang berlangsung. Meski senang mendapat bantuan, kami tidak terima jika pelaksaannya tidak melalui musyawarah dan mengganggu kenyamanan warga,” tandas Ijan, aktivis sepakbola daerah tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Kabid Kemitraan dan Sarana Prasarana dari Dispora Garut, Yana Kuswandi, menyampaikan terima kasih atas kunjungan pengurus FPM guna memberikan masukan dan dirinya berjanji
akan mencarikan solusi atas persoalan ini. Dia akan menampung aspirasi dan mendiskusikannya terlebih dulu dengan memanggil pihak konsultan, pemborong atau pihak ketiga untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
“Meski pembangunan sudah berjalan, kami akan mencoba memanggil pihak konsultan dan pemborong untuk mediskusikan terkait permohonan Forum Pemuda Mekarsari (FPM) ini. Dalam hal ini, tidak mungkin kalau Kepala Desa tidak tahu, karena sebelum pembangunan dilaksanankan, pihak konsultan tentunya sudah koordinasi dengan pihak Desa setempat,” tandas Yana Kuswendi.
Komentar ditutup.