Kekecewaan tersebut kata Apep Morul, pembangunannya hanya melakukan pembuatan benteng saja, padahal yang dibutuhkan penataan sarana olah raga dari aspek tekhnis, mulai saluran drainase, perbaikan rumput, tiang gawang dan tempat duduk atau bench baik untuk pemain maupun untuk penonton.
“Jangan seperti kawasan pemakaman yang butuh pembentengan, ini lapangan sepekbola yang melegenda di wilayah kami. Perlu penataan secara serius mengenai lapangannya, tidak sekedar dibenteng saja. Seperti manusia yang sedang sakit, yang dibutuhkan obat dari penyakit itu bukan diberi pakaian. Intinya kami dan bebeapa tokoh akan datang ke Dispora,” ujar Apep.
Apep pun berharap Dispora menghentikan sementara pembangunan tersebut sebelum ada kesepahaman dengan masyarakat Mekarsari sebagai penerima manfaat dan pengguna sehari-hari lapangan tersebut.
Sementara mantan Ketua BPD Mekarsari dan salah satu pengurus Kadin Garut, Tata E. Ansorie, mengutarakan sepertinya bagian perencanaan di Dispora awalnya tidak melakukan koordinasi dengan masyarakat atau pemerintahan desa terkait pembangunan lapang sepakbola tersebut, sehingga dana APBD asal terserap saja apalagi ini diakhir tahun anggaran. Ini mesti diperbaiki, tak sedikit pembangunan di Garut terbengkalai karena perencanaan yang tak matang.
“Ya, kalau pemborong atau pelaksana proyek suka-suka saja dapat pekerjaan. Mereka tidak salah karena mengerjakan sesuai spek dari konsultan Pemkab,” tutur Tata.
Demikian pula terkait pembangunan lapang sepakbola Mekarsari, Tata yang merasakan lama berkiprah di dunia persepakbolaan di tempat tersebut menyetujui dilakukannya komunikasi antara tokoh masyarakat sepakbola dengan Dispora Pemkab Garut, tentu semata-mata agar manfaat pembangunan tersebut dapat dirasakan dengan puas oleh masyarakat.
“Tanpa harus mengubah pelaksana, speknya yang mesti diperbaiki mumpung pekerjaanya belum lama dikerjakan”, tandasnya yang sempat menjabat ketua forum BPD Kecamatan Cibatu. (Igie)
Komentar ditutup.