Antisipasi Kekeringan, Pemkab Garut Fungsikan Embung

FOKUS1,216 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Sebagian lahan pertanian di wilayah Kabupaten Garut, pada musim kemarau panjang berpotensi mengalami kekeringan. Sejumlah upaya telah disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Garut, yang mana salah satunya dengan memfungsikan dan memperbanyak embung serta melakukan gerakan normalisasi saluran-saluran untuk mengantisipasi dampak kekeringan.

Salah satu embung yang difungsikan dalam upaya mengantisipasi kekeringan area pertanian, yakni embung yang berada di Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul. Yang mana nantinya bisa mengairi area pertanian yang tersebar di sejumlah desa dengan luas lahan lebih dari tiga ratus hektare. “Embung ini cukup signifikan dalam mengatasi kekeringan,” ujar Bupati Garut, Rudy Gunawan, SH, MH, Kamis (18/07).

Dikatakan Rudy, saat ini Pemerintah Kabupaten Garut sudah memiliki belasan embung yang dibangun di daerah pertanian, terutama di daerah yang sangat berpotensi terjadinya kekeringan.

“Embung tersebar di sejumlah kecamatan dengan desain sistem penampungan air hujan dan selanjutnya dari penampungan disalurkan ke lahan aarea pertanian milik warga,” katanya.

Walaupun kapasitas embung tidak terlalu besar, jelas Rudy, embung dinilai lebih efektif untuk mengairi lahan pertanian, khususnya pesawahan. Mengingat, musim kemarau akan berlangsung hingga bulan okotober. Hal tersebut berdasarkan data dari BAdan Meteorologi, Kalimatologi dan Geofisikan (BMKG), cetus Rudy pada wartawan.

Selain memfungsikan embung, Pemerintah Kabupetan Garut, aku Rudy, akan memperbanyak embung-embung di lima belas kecamatan di Kabupaten Garut.

“Kita akan memperbanyak embung agar bisa mengairi area pertanian,” tegasnya.

Sementara Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, mengatakan, dampak dari kekeringan yang terjadi sekarang ini kondisinya sudah sangat menghawatirkan. Beradasarkan data yang masuk dari petugas lapangan, yang terkena dampak kekeringan pada tanaman padi seluas 2.075 hektare yang terdiri kekeringan ringan seluas 598 hektare, sedang 27 hektare, berat 353 hektare dan puso seluas 497 hektare. Sedangkan yang terancam kekeringan seluas 3.912 hektare yang tersebar di 258 desa/kelurahan dan 40 kecamatan. Sedangkan luas tanaman padi seluruhnya saat ii adalah 29.881 hektare, jadi angka sudah mencapai 6,9 persen yang terkena dampak kekeringan.

“Lahan pertanian yang sudah terkena dampak kekeringan seluas 2.075 hektare, dengan kriteria ringan, sedang dan berat serta tanah puso,” ucapnya.

Lanjut Haeruman, jika dihitung kehilangan produksi padi akibat kekeringan sudah mencapai 7,460 ton lebih dengan asumsi produktivitas 59,21 Kw/HA dan kehilangan secara ekonomi mencapai angka Rp41,034 miliar dengan asumsi harga gabah kering giling saat ini sebesar Rp 5.500/Kg.

Haeruman mengangaku, memasuki musim kemarau yang sangat panjang, yang diperkirakan akan berlangsung hingga bulan oktober, Dinas Pertanian Kabupaten Garut sudah melakukan antisipasi. Yakni dengan kebiatan pencanangan gerakan antisipasi kekeringan.

“Berbagai program kegiatan sudah dilakukan secara khusus untuk kembali meningkatkan produksi padi seperti memberikan bantuan benih, pembangunan perbaikan irigasi, jalan usaha tani termasuk alsim pengolahan dan pemasaran hasil pertanian dalam rangka meningkatkan nilai tambah.

“Kami terus lakukan upaya dalam mengatasi kekeringan degan menjalankan berbagai program,” cetusnya. (Daus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *