Pesan Bijak Pimpinan Royal Amartha Nusantara Tentang Analogi Hidup dan Covid-19

FOKUS2,149 views

“Walaupun sebenarnya saya seorang percaya pada personal development, dan saya selalu percaya bahwa kita harus berpikir positif, merasakan hal yang positif, tetapi kadang berpikir positif itu juga ada tempatnya dan ada batasnya,” ujar Dimas Bayu kepada hariangarutnews.com, Kamis (24/03/2022).

Ia menganalogikan pada sebuah organisasi, ketika ada pihak-pihak yang membangun opini liar di luaran yang pada gilirannya akan merugikan seluruh pengurus dan dengan sengaja ingin mengacaukan program yang dibangun bersama organisasi yang dinaunginya.

“Saya tanya, apakah Anda masih berpikir positif, dan merasa tenang bahwa tidak terjadi apa-apa. Apakah anda tetap akan melakukan hal seperti itu? Mungkin anda akan berpikir, hal ini harus disikapi. Setiap keputusan di dalam sebuah organisasi sudah pasti tidak bisa memuaskan semua pihak. Dan hal yang lumrah ada sebagian kecil yang merasa tidak puas terhadap sebuah keputusan,” tegas BRM Dimas Bayu Amartha.

Analogi ini juga perlu diterapkan dalam menghadapi situasi di tengah pandemi. Dimas melanjutkan bahwa sekarang ini masyarakat berbicara masa transisi, seperti pembukaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100%.

Menurut Dimas Bayu, masa transisi dengan dibukanya kembali PTM itu sebagai kabar baik. Namun, ia mengingatkan bahwa tempat-tempat pendidikan yang mulai kembali beroperasi itu bukan karena pandemi sudah berhasil dilawan.

“Bukan. Tapi karena roda ekonomi dan roda kehidupan harus terus berjalan. Ingat ya, bukan berarti kita sudah menang melawan pandemi,” pesannya.

Ia mengatakan bahwa perjuangan tetap berjalan dan tetap waspada, hati-hati dan disiplin.

“Positive thinking boleh, harus malah, tapi dengan takaran yang benar. Jangan berpikir tenang aja nggak bakalan sakit. Tenang aja, kan positive thinking nggak bakal tertular kok. Yakin deh,” ucapnya.

Namun ia menegaskan bahwa tidak boleh seperti itu. Masyarakat tetap harus mengikuti protokol kesehatan yang sudah diberlakukan.

“Ingat lebih baik mencegah daripada mengobati. Walaupun mungkin sekarang the new normal can be better normal. Walaupun mungkin kesannya ribet, banyak sekali yang harus dilakukan tapi itu untuk kebaikan kita semua,” lanjutnya.

Ketua Umum Gerakan Anti Narkotika Nusantara Amartha (GANNA) Indonesia mengilustrasikan ketika berada di luar rumah. Perlengkapan untuk menjaga diri penting untuk dibawa, seperti hand sanitizer, disinfektan, atau perilaku di ruang publik dengan mengantri dan menjaga jarak dengan yang lainnya.

“Saya selalu bilang lebih baik ‘parno’ daripada sembrono. Lebih baik saya jadi orang yang parno daripada saya jadi orang yang sembrono yang nantinya justru membahayakan orang-orang di sekitar saya,” katanya.

Ia berharap masyarakat tetap harus berpikir positif dan tetap harus waspada (kritis). Nah itu yang pertama. Kedua, positive thinking saja tidak cukup dalam menata kebiasaan baru ini. Masyarakat juga perlu melakukan aksi nyata.

“Nah, ini yang orang salah kaprah. Banyak orang berpikir, kami juga sudah berpikir positif loh. Tapi kok hidup saya nggak sukses, terus pikir doang atau dilakukan atau enggak?,” ujarnya.

BRM Dimas Bayu mengingatkan apabila kita hanya berhenti pada berpikir tanpa ada aksi, hidup tidak akan bisa sukses.

“Kamu harus melakukan apa yang ingin kamu lakukan. Kamu harus mendisiplinkan diri untuk tetap mengerjakan apa yang harus kami kerjakan. Ingat, positive thinking hanya berhasil jika dibarengi dengan positive action,” pesannya. (Igie)

Komentar ditutup.