Kirab Pusaka di Malam 1 Muharam 1447 Hijriyah, Pemilik Kampung Bareto : Nama Garut Itu Bukan Berasal dari ‘Kakarut’

FOKUS421 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Dalam rangka menyambut momentum Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriyah, bertepatan dengan dengan 1 Syuro 1947 Saka, Objek Wisata Kampung Bareto, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, gelar Kirab Pusaka Garut di Aula Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati Kampung Bareto, Kamis (26/06/2025) malam.

1 Suro 1947 Saka bertepatan dengan tanggal 26 Juni 2025. Malam 1 Suro dalam kalender Jawa dimulai setelah waktu Magrib pada Kamis, 26 Juni 2025. Ini adalah hari pertama bulan Suro dalam penanggalan Jawa, yang juga bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah. Malam 1 Suro memiliki makna sakral dan dianggap sebagai waktu yang penting dalam budaya Jawa, seringkali dikaitkan dengan berbagai ritual dan tradisi.

Ketua Panitia Pelaksana, Dadan, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tamu undangan yang hadir dalam acara. Dadan menyebut, hanya dalam kurun waktu 35 tahun sekali ketemu momentum Jum’at Kliwon di bulan Muharam. Ia juga mengupas rangkaian sejarah di Kabupaten Garut termasuk adanya pusaka-pusaka Garut.

Cepi Kusuma, memimpin langsung Rajah pada Kirab Pusaka Garut

“Pada malam ini kita akan lakukan kirab tiga pusaka yang ada di Garut,” ucap Dadan.

Pemilik Kampung Bareto, Cepi Kusuma, memimpin langsung Rajah pada Kirab Pusaka Garut tersebut. Ada tiga pusaka yang usianya mencapai ribuan tahun, dihadirkan dalam acara Kirab Pusaka Garut tersebut. Kemudian beberapa tampilan ibing pencak silat, tarian dan kirab tumpeng.

Dalam prosesi pemotongan tumpeng, dipimpin oleh Cepi Kusmana dan simbolis pemotongan oleh Dandempom III/2 Garut bersama Kepala Rumkit Guntur Garut. Cepi mengatakan, bahwa momentum 1 Muharam bersamaan dengan 1 Syuro malam Jum’at Kliwon ini dalam kurun waktu 35 tahun sekali.

“Kita semua berharap, terus mendapatkan anugerah, sehat, panjang umur dan bisa terus berkarya untuk Garut khususnya dan semoga Garut di tahun-tahun kedepan lebih baik,” tutur Cepi.

Membawa judul Kisab Pusaka Garut, lanjut Cepi, untuk menampilkan bahwa Garut ini tidak kecil. Jangan juga salah persepsi tentang nama Garut dari asal ‘Kakarut’ (badan terkait duri). Garut adalah sebuah tempat yang sudah tercatat di Peta Ciela tahun 1674. Sebelum jadi kabupaten nama Garut sudah ada.

Menyambut momentum Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriyah, bertepatan dengan dengan 1 Syuro 1947 Saka, Objek Wisata Kampung Bareto, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut

“Garut itu bukan kakarut. Bukan nama yang dibawa dari hal-hal yang menyakitkan. Garut sebuah tempat yang sudah tercatat di Peta Ciela tahun 1674. Jauh sebelum jadi kabupaten nama Garut sudah ada. Jadi, ketika nama itu esensinya itu benar, maka di dalamnya akan baik, karena nama adalah pondasi,” tandas Cepi.

Kaitan dengan Kirab Pusaka Garut, Cepi menjelaskan, beberapa pusaka yang dihadirkan dalam acara. Ada tongkat yang dibuat dari pohon Gaharu (Ki Garut) yang pernah dipegang sama RAA Wiratanudatar VII, kemudian Keris Ki Dogol yang berbentuk betok kabudan dan yang ketiga Kujang Pangarak, ini adalah Kujang di jaman Galuh abad ke 9.

“Dan kami meyakini bahwa Galuh itu dari Garut, jadi awal Galuh Purba itu di kita. Setelah itu pindahlah ke Kawali ke wakil. Keris ini peninggalan Galuh. Jadi berbicara Garut, ya berbicara Galuh sebetulnya,” papar Cepi.

Agar generasi sekarang mengetahui secara pasti tentang sejarah di Garut, Cepi juga menyebut telah mengeluarkan buku dengan judul ‘Garut Lain Kakarut’. Para tokoh telah sepakat dan sepaham dan membentuk Dewan Adat Kabupaten Garut dan dirinya dipercaya untuk memimpin. Saat ini telah melakukan penelitian buka dengan mitos, tapi berdasarkan data otentik yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademisi.

“Kajian kami sudah diseminarkan di Kampus Uniga, buku kami sudah sampai ke pak bupati sekarang, ke dinas pendidikan dan dinas instansi lain, seperti Denpom, Korem, Kodim, sudah saya berikan buku-buku sejarah Garut,” katanya.

Ia berharap, semua bisa bersama-sama memberikan edukasi tentang isi dari buku sejarah Garut kepada generasi muda saat ini, karena kata Cepi, nama adalah pondasi serta harapan dan doa yang panjang. Nama adalah sebuah indentitas, ketika identitas itu sama dengan kenyataan, makae esensinya akan didapatkan sama-sama.

“Kami akan terus berjuang memperkenalkan sejarah Garut yang sebenarnya. Ada Garut itu Linggaratu, Garuda Utama, itu tak masalah. Itu bentuk kecintaan warga kita. Tapi dari penelitian kami, Garut itu berasal dari kayu Ki Garut,” jelasnya. (Ndy)

Komentar