Hadir dalam kegiatan, Camat Cibatu Budi Dermawan, Kasrem 062 Tarumanagara, Letkol Inf. Hamzah Budi Susanto SE, M.IP, Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Apip Maolana, perwakilan dari CDK Wilayah V Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Administratur (ADM) Perum Perhutani Garut, perwakilan Polsek Cibatu, dan, Ketua Salarea Foundation Dadan M Ramdan, dan tamu undangan lainnya. Di sela acara juga dilakukan penyerahan bantuan sepatu boot secara simbolis kepada anggota kelompok tani binaan.
Ketua Salarea Foundation Dadan M Ramdan mengatakan, pelatihan ini merupakan bagian dari langkah berkelanjutan untuk mendorong praktik pertanian yang tidak hanya mengejar hasil ekonomi, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan.
Adapun pelatihan ini merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang selama ini telah digalakkan Salarea Foundation bersama Jamkrindo dalam empat tahun terakhir, termasuk pendampingan kelompok tani dalam pengembangan demplot kopi.
“Dengan agroforestri atau kebun campuran, kita ingin mendorong pola tanam yang lebih lestari atau ramah lingkungan dan memperkuat ketahanan pangan petani,” ujarnya.
Dadan berharap, anggota kelompok tani bisa memahami peluang dan tantangan budidaya dengan pola agroforesti, sehingga hasil kebun menjadi lebih baik tapi daya dukung lingkungan di sekitar kawasan hutan tetap bisa dipertahankan.
Sementara, Kasrem 062 Tarumanagara, Letkol. Inf. Hamzah Budi Susanto SE, M.IP dalam sambutan dan arahannya menekankan fungsi srtategis hutan dari sisi keamanan.
“Pemda dan TNI memiliki kesamaan dalam melihat fungsi hutan. Bagi pemerintah keberadaan hutan ini harus memberikan kesejateraan bagi masyarakat. TNI melihat hutan dari sisi keamanan,” paparnya.
Hamzah menyebut, hutan menjadi benteng pertahanan alami terhadap ancaman serangan dari luar atau negara lain. Sebab itu, keberadaan hutan harus dijaga kelestariannya dan ditanami oleh berbagai tanaman produktif bermanfaat, yang sewaktu waktu bis menjadi cadangan pangan ketika terjadi kondisi krisis akibat invansi negara lain.
“Memang, saat ini kita tidak dalam kondisi perang. Tapi, kita tidak tahu ke depan akan terjadi perang atau tidak. Yang terang, posisi geografis Indonesia berada di antara dua kekuatan besar yanki China dan Australia yang dibelakangnya Amerika Serikat dan sekutunya,” kata Hamzah.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang PPSDM Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Apip Maolana, menekankan bahwa pendekatan agroforestri membuka peluang besar bagi keberlanjutan sektor pertanian, khususnya tanaman kopi.
“Ini salah satu metode penyuluhan yang sangat tepat untuk konteks keberlanjutan. Petani kopi di Garut banyak yang mengelola lahan di kawasan hutan dengan skema kerja sama bersama Perhutani. Momentum ini sangat baik untuk meningkatkan keterampilan mereka,” ungkapnya.
Lebih lanjut Apip menegaskan, bahwa penyuluhan pertanian di Garut sudah terintegrasi lintas sektor, mencakup tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
“Petugas penyuluh kami di lapangan juga memberikan pembinaan untuk budidaya kopi sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan daerah,” tandasnya. (Askos)