HARIANGARUTNEWS.COM – Wakil Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Immanuel Ebenezer Gerungan, bersama Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, serta pejabat lainnya, pada Senin (03/03/2025) lalu, meresmikan Pabrik Sepatu PT. Ultimate Noble Indonesia (UNI), di kawasan Congkang, Jalan Cibatu-Sasak Besi, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut.
Peresmian ini diharapkan menjadi momentum penting bagi perekonomian daerah, dan mampu menyerap tenaga kerja lokal yang berasal dari masyarakat Garut, khususnya Kecamatan Cibatu.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan Bupati Garut, Abdusy Syakur saat itu menyambut baik kehadiran kembali PT. UNI dan memberikan apresiasi atas kontribusinya dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
“Tentunya PT. UNI ingin SDM berkualitas dan unggul untuk yang bisa mengisi dan mengambil peluang. Semoga PT. Ultimate Noble Indonesia bisa terus berkolaborasi dengan masyarakat setempat. Mohon apabila nanti membuka lapangan pekerjaan diutamakan warga sekitar, jangan dulu urus masalah persyaratan, berikan pelatihan,” harap Gubernur Jabar.
Pihak perusahaan pun berkomitmen memberikan kontribusi besar dalam pembangunan daerah dengan membuka kran tenaga kerja bagi masyarakat di wilayah investasi, PT. UNI berjanji akan mempekerjakan karyawan lokal.
Namun faktanya, kebijakan rekruitmen tenaga kerja lokal oleh perusahaan yang bergerak di bidang sepatu itu tidak dilakukan. Perusahaan yang rencananya akan memperkerjakan 10.000 karyawan tersebut lebih mendahulukan pekerja dari luar Garut seperti Soreang, Sumedang bahkan dari Jawa.
“Pabrik sepatu itu berinvestasi di wilayah desa Mekarsari, tapi tidak memprioritaskan orang lokalnya, dan kebanyakan ditarik dari luar. Kami sebagai pribumi tidak mau masyarakat jadi penonton, padahal warga kami bisa memberikan manfaat buat perusahaan,” ucap salah seorang Ketua RT di Desa Mekarsari Kecamatan Cibatu.
Dirinya mengaku, pihak desa pernah meminta untuk mengumpulkan lamaran bagi warganya yang hendak bekerja di PT. Ultimate Noble Indonesia. Namun, kata dia, tak satupun lamaran warganya yang diterima. Malah yang jadi karyawan sekarang kebanyakan dari luar seperti dari Jawa, Bandung dan sekitarnya.
“Jangankan lamaran milik warga, lamaran anak saya sendiri tidak diterima. Akhirnya setiap hari saya menerima pesan chat WhatsApp dari warga yang menanyakan nasib lamarannya. Beruntung anak saya sekarang sudah ikut kerja bersama saudara,” tandasnya kepada hariangarutnews.com, Jumat (21/03/2025).
Selain itu, pantauan media ramai di masyarakat ada dugaan pungutan liar (pungli) di PT. UNI tersebut. Baru-baru ini telah beredar sebuah screenshot WhatAps yang menunjukkan diduga calo pabrik yang menawarkan pekerjaan dan meminta warga untuk membayar uang sebagai biaya pendaftaran atau pengolahan lamaran kerja.
“Dia mengaku sebagai agen perekrutan uang untuk mendapatkan akses lowongan kerja di Pabrik Congkang. Rinciannya kalau laki-laki diminta Rp1,5 juta dan wanita Rp1 juta. Katanya bisa setengahnya dulu atau 50%, sisanya dibayar setelah masuk kerja. Justru saya melamar pekerjaan karena ingin punya uang,” cetus salah seorang warga.
Tentu hal ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, khususnya warga lokal yang khawatir dengan dampak negatif dari praktik tersebut. Salah seorang pengurus Karang Taruna di Unit Desa Mekarsari, Doni Romadhona mengatakan, sebagai calon karyawan, warga berhak mendapatkan informasi yang jelas tentang lowongan kerja, termasuk deskripsi pekerjaan, kualifikasi, dan gaji.
“Tidak ada alasan membayar uang kepada calo untuk melamar pekerjaan. Sebagai calon karyawan, warga tidak seharusnya diminta untuk membayar uang apapun sebelum diterima bekerja. Jika ada pihak perusahaan meminta untuk membayar uang sebagai biaya pendaftaran atau pengolahan lamaran kerja, kita audens nanti,” ujar Doni.
Ia menambahkan, warga lokal tidak bisa menerima adanya calo dari luar wilayah yang mengeksploitasi tenaga kerja warganya. Ini, kata dia, jelas akan merugikan dan menciptakan ketidakpastian.
“Dengan adanya perusahaan di wilayah Desa Mekarsari, tentunya kami semua ingin berusaha membangun masa depan desa yang lebih baik, bukan malah terjebak dalam praktik yang tidak jelas yang dilakukan oleh oknum atau calo-calo seperti ini,” tandas Doni. ***