Love : Nobody’s Perfect, Hati Kecil Adalah Hakim yang Paling Baik

FOKUS1,706 views

Arti maupun realitas ungkapan nobody’s perfect ini sangat tepat untuk mengingatkan setiap manusia agar selalu bersikap wajar, apa adanya, dan menerima orang lain seadanya. Pepatah itu sangat berarti untuk menggambarkan bahwa tak ada manusia di muka bumi ini yang diciptakan sempurna. Begitu juga untuk urusan cinta.

Misalkan saja dalam memilih pasangan. Janganlah terlalu tinggi menetapkan kriteria calon pasangan maupun pendamping hidup Anda kelak. Hal utama yang harus dilihat baik-baik justru diri sendiri. Sudah seperti apa diri Anda sekarang? Makin baikkah? Atau malah kian tak karuan?

Jangan menuntut orang lain sempurna jika Anda tak dapat menyempurnakan diri sendiri. Misalnya saja ada seorang wanita yang menyukai seorang pemuda, tapi karena faktor fisik –yaitu ia tak tampan dan atletis, seperti imaji lelaki dalam iklan, lalu usahanya untuk berkenalan atau menumbuhkan kasih sayang, dihindari bahkan ditolak.

Memang wajar jika semua pihak menginginkan yang terbaik untuk mereka, apalagi untuk masa depan. Wajar saja jika selektif memilih pasangan, malah wajib dilakukan agar tak salah pilih dan menyesal di kemudian hari.

Pertama kali yang harus ditanyakan adalah hati kecil Anda sendiri. Kedua, jangan sekali-kali tidak jujur pada diri sendiri. Ketiga, langsung saja tanyakan hal-hal berikut ini : setiap orang pasti menginginkan pasangannya mempunyai penampilan fisik bagus. Paras yang tampan-macho, bentuk badan atletis dan kaya. Tapi tanyakan dalam hati, apakah dia benar-benar kriteria pasanganmu?

Jika hatimu menginginkan orang yang biasa saja dalam berpenampilan, dan merasa lebih nyaman dengan itu, kenapa harus memaksakan diri dengan hal-hal seperti itu? Ingat, memiliki pacar, kekasih, atau suami, adalah kebutuhan pribadi, bukan kebutuhan sosial, yang menyangkut gaya hidup. Karena kebutuhan pribadi, Anda yang paling tahu siapa yang Anda inginkan. Bukan orang lain, orang tua atau teman-tetangga Anda.

Lalu, jangan lupa melihat bagaimana si dia memberikan perhatian dan bagaimana caranya mengekspresikan perasaannya. Karena kalau dia 100 kali dalam sehari bilang “sayang” padamu tapi tidak pernah membuktikannya, apalah artinya rayuannya itu kalau bukan sekadar gombal belaka?

Yang lainnya adalah memperhatikan bagaimana cara dia berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Apakah dia tipe penyendiri, atau orang yang gemar berinteraksi dengan banyak orang? Lantas Anda sendiri suka dengan tipe yang bagaimana?

Jangan lupa memperhatikan intelektualitasnya. Latar belakang pendidikan, kemauan belajar, kemampuan menganalisa, dan tingkat kreativitasnya. Yang Anda inginkan yang standar dan biasa-biasa saja, atau si pintar-jenius?

Agama juga merupakan hal yang sangat prinsipil dan dijadikan dasar bagi memilih pasangan untuk sebagian besar orang. Karena pada hakekatnya bisa menjadi teman hidup yang bisa di pertanggung jawabkan kelak di kemudian hari. Sehingga mencapai tujuan yang di inginkan oleh setiap pasangan.

Hal lainnya adalah komunikasi. Ini sangat rentan dalam suatu hubungan. Perhatikan selalu bagaimana bentuk komunikasi yang telah terjalin selama berkenalan dengan dia. Apakah nyambung atau mesti sering mengulang pembicaraan agar dia mengerti arah pembicaraan?

Harus juga diperhatikan kondisi pekerjaan dan sisi finansialnya. Jangan menyebutkan diri seorang materialistis untuk hal ini. setiap manusia perlu materi, kan? Temukan sisi maupun tingkat kedewasaannya. Lihat bagaimana dia menghadapi semua kegiatannya, lihat juga bagaimana caranya menyelesaikan masalah, bagaimana caranya berinteraksi dengan rekan-rekannya. Jangan sampai dia mempunyai kedewasaan yang tak seimbang denganmu karena salah satu pihak akan merugi nanti! Kecuali jika salah satu dari kalian bertindak sebagai pengemong.

Terakhir adalah punya hobi dan minat sama. jika punya hobi dan minat sama, tak tertutup kemungkinan hal ini akan makin mendekatkan kalian berdua. Sebaliknya jika hobi dan minat terpaut terlalu beda jelas akan menjauhkan masing-masing pihak.

Wah, rumit kan? Tidak, kok, karena semua itu dapat dikembalikan ke pertanyaan pertama : tanyakanlah pada hati kecil Anda, karena hati Andalah hakim yang paling baik. Iya, kan?

*) Penulis adalah seorang seniman dan guru sekolah tingkat atas favorit di Kabupaten Garut.