HARIANGARUTNEWS.COM – Komunitas Garut Zero Waste (GZM) gelar sosialisasi pengolahan sampah kepada warga masyarakat di Aula Desa Cihaurkuning Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, Selasa (21/11/2023).
Hadir dalam acara, Camat Malangbong Undang Saripudin S Sos M Si, Kepala Desa Cihaurkuning, Kader PKK, para Ketua RT dan RW, lembaga desa dan Mahasiswa KKN Polteksos Bandung yang sedang pengabdian di Desa Cihaurkuning. Acara dipandu oleh salah satu Nahasiswa Poltekesos, Mauldan Abi bersama Ketua Klompok KKN, Ema Yunia Tri Rahayu S Pd.
Camat Malangbong Undang Saripudin S Sos M Si, didampingi Kepala Desa Cihaurkuning mengatakan, permasalahan sampah adalah tanggungjawab bersama. Semuanya harus peduli lingkungan agar bersih dan terawat.
“Kita harus lebih peduli kepada lingkungan yang bersih dan lebih terawat. Tidak hanya oleh pemerintah, namun kita juga sebagai warga masyarakat perlu ada peran dan tanggungjawab kepada lingkungan agar benar-benar rapih dan bersih,” ujar Camat Undang.
Hal ini kata Camat Undang, sesuai Undang Undang Nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
“Artinya bagaimana melestarikan lingkungan hidup serta upaya pencegahan terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup,” katanya.
Masih kata Undang, mengenai sampah ini kalau dikelola dengan baik bisa menjadi nilai ekonomis dan bisa dimanfaatkan oleh warga masyarakat. Sampah Organik kata dia, bisa diproduksi setiap hari dari masing-masing rumah, dan ini bisa dimanfaatkan ulang dengan pola atau teknik pengolahan yang sehat.
“Semoga dengan kegiatan yang digelar oleh Komunitas Garut Zero Waste ini bisa bermanfaat untuk warganya,” ungkap Camat Malangbong.
Hal senada disampaikan Ketua GZW, Apt Krismiyati S Si, yang mengungkapkan bahwa tanggungjawab mengelola sampah bukan hanya tugas negara atau pemerintah daerah termasuk di pemerintah kecamatan dan desa. Tetapi tanggungjawab bersama masyarakat dan pemerintah.
“Kesadaran mengelola sampah itu harus muncul dari setiap individu. Kalau bisa ini masuk di pendidikan sekolah, agar anak sekolah memahami tentang bagaimana mengelola sampah, tidak buang sampah sembarangan,” katanya.
Anak sekolah, imbuh Krismiyati, diberikan pembelajaran pengelolaan sampah agar bisa memilah sampah. Seperti halnya di Negara Jepang, anak sekolah diberikan pembelajaran memilah sampah sampai 8 jenis sampah.
“Yang terpenting, pendidikan tentang pengelolaan sampah ini harus benar-benar diajarjan sejak dini kepada anak sekolah,” pungkasnya. (T Supriatna)