Dialog Islami Kebangsaan: Indonesia di Panggung Dunia

BERITA1017 Dilihat
0 0
banner 468x60
Read Time:2 Minute, 58 Second

hariangarutnews.com – Pertemuan Sekjen Liga Muslim Dunia dengan pimpinan MPR baru-baru ini menandai babak penting bagi Indonesia dalam percakapan islami global. Bukan sekadar agenda diplomatik, momen ini memotret bagaimana nilai islami bersentuhan harmonis dengan semangat kebangsaan. Di tengah gejolak identitas di banyak negara, Indonesia kembali mengajukan diri sebagai contoh bahwa nasionalisme tidak harus berbenturan dengan religiusitas.

Lebih jauh, pertemuan itu mengirim pesan kuat ke dunia: wajah islami Indonesia hadir ramah, moderat, serta menghargai kemajemukan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, Indonesia memikul harapan besar dari komunitas internasional. Bagi saya, inilah kesempatan strategis untuk menata ulang narasi islami yang lebih menenteramkan, berbasis dialog, bukan kecurigaan. Pertanyaannya, beranikah kita mengelola peluang besar ini secara konsisten, bukan hanya seremonial?

banner 336x280

Momentum Baru Dialog Islami dan Kebangsaan

Dari sudut pandang politik kebangsaan, pertemuan Sekjen Liga Muslim Dunia dengan pimpinan MPR memperlihatkan dua arus besar yang saling menguatkan. Di satu sisi, ada kebutuhan memperkuat identitas islami moderat sebagai penyangga stabilitas. Di sisi lain, lembaga negara ingin menegaskan bahwa konstitusi mampu menampung aspirasi religius sekaligus menjamin hak warga lintas keyakinan. Sinergi ini tidak selalu mudah, sehingga tiap langkah dialog patut diperhatikan secara cermat.

Pada level simbolik, kehadiran tokoh islami dunia di jantung lembaga legislatif Indonesia mengirim sinyal positif. Ia menunjukkan bahwa ruang politik nasional cukup terbuka untuk percakapan lintas kultur, bukan hanya ritual protokoler. Jika dikelola serius, ini bisa berujung pada kolaborasi konkret, seperti penguatan kurikulum islami moderat, program beasiswa, atau pertukaran ulama. Bentuk kerja sama semacam itu akan memberi dampak lebih panjang dibanding sekadar foto bersama.

Dari perspektif saya, momentum ini seharusnya dimanfaatkan untuk mengangkat narasi islami yang membumi. Artinya, diskursus islami tidak berhenti pada jargon persatuan, tetapi menyentuh isu riil. Misalnya, bagaimana nilai islami mengenai keadilan sosial diterjemahkan menjadi kebijakan publik. Atau bagaimana etika islami tentang amanah diwujudkan lewat tata kelola pemerintahan bersih. Tanpa terjemahan praktis, istilah islami moderat berisiko menjadi kosmetik politik belaka.

Wajah Islam Moderat Indonesia di Mata Dunia

Indonesia sering disebut sebagai laboratorium toleransi islami. Label ini terdengar indah, namun juga mengandung tuntutan berat. Dunia memandang apakah klaim toleransi itu tercermin pada praktik sehari-hari. Pertemuan dengan Liga Muslim Dunia membuka ruang untuk menunjukkan bahwa harmoni tidak sekadar slogan. Kehidupan masjid berdampingan dengan gereja, pura, vihara, serta klenteng bisa menjadi bukti nyata, asalkan didukung kebijakan adil serta penegakan hukum konsisten.

Namun, saya melihat masih ada jarak antara citra resmi islami moderat dengan realitas lapangan. Narasi toleran sering muncul pada forum internasional, tetapi konflik berbasis sentimen agama kadang tetap meletup. Di titik ini, dialog islami lintas negara sebaiknya tidak hanya saling memuji. Perlu pula keberanian mengakui tantangan, seperti maraknya ujaran kebencian bernuansa agama di ranah digital. Liga Muslim Dunia dan Indonesia dapat bekerja bersama mengembangkan literasi islami digital yang menyejukkan.

Keunggulan Indonesia terletak pada pengalaman panjang mengelola kemajemukan. Organisasi masyarakat berbasis islami tumbuh beragam, dengan pendekatan keilmuan serta kultural. Modal sosial tersebut sejalan dengan gagasan Islam wasathiyah yang digaungkan banyak ulama. Pertemuan tingkat tinggi ini idealnya memperkuat jaringan pemikiran, bukan sekadar jaringan kekuasaan. Jika tokoh lintas negara saling bertukar gagasan, wacana islami global berpotensi bergerak dari retorika ke praktik solusi.

Sinergi Nilai Islami, Konstitusi, dan Masa Depan Bangsa

Pada akhirnya, esensi dialog islami kebangsaan bukan semata mencari titik temu antara teks suci dan pasal konstitusi. Lebih dari itu, agenda utamanya membangun peradaban yang memuliakan manusia. Pertemuan Sekjen Liga Muslim Dunia dengan pimpinan MPR saya baca sebagai undangan bersama untuk merumuskan arah baru. Apakah Indonesia berani memimpin arus pemikiran islami yang ramah HAM, sains, serta demokrasi? Refleksi ini layak terus dirawat, sebab masa depan bangsa tidak ditentukan satu pertemuan, melainkan konsistensi menerjemahkan nilai islami ke tindakan nyata setiap hari.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
banner 336x280