PPLB, Kepakan Sayap Bisnis Jualan Soto Bersedekah di Pasar Bandrek Garut

FOKUS1,340 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Banyak cara untuk bisa bersedekah kepada orang lain. Seperti yang dilakukan oleh penjual soto di Pasar Bandrek, Desa Sukamerang, Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut, itu hampir tidak pernah sepi pembeli. Berjarak hanya sekitar sepuluh meter dari Jalan Raya Bandung-Tasik, warung makan yang berjualan di atas gerobak tersebut menawarkan menu andalan soto dengan harga Rp 10.000 untuk satu porsi. Kunjungan pelanggan ke warung yang baru buka sekitar tiga minggu lalu itu ramainya sekitar pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, setelah itu ramai lagi sekitar pukul 19.00 WIB.

Warungnya dikenal bernama “Soto Urang Garut, Makan Soto Sambil Bersedekah, H. Budi – PPLB 1”, demikian tulisan yang terpampang di gerobak milik H. Budi seorang mantri di UPT Puskesmas Sukamerang dan Atep Fachrudin Pendiri Perguruan Pencak Silat Pusaka Payung Lodaya Bodas (PPLB) tersebut. Warungnya sederhana, hanya berupa gerobak dengan meja dan bangku untuk tempat pelanggan. Dengan kesederhanaan itu, pemilik warungnya justru dikenal berhati mulia.

Dengan harga soto ayam Rp 10.000 satu porsi, mungkin orang akan berpikir bahwa warung tersebut dijalankan oleh lembaga kemanusiaan yang menyediakan makanan murah. Kalau tidak, mungkin warung dimiliki oleh seorang pengusaha kaya yang ingin bersedekah dengan menyediakan makanan murah di tengah situasi ekonomi sulit yang sedang mengimpit masyarakat.

Soto Urang Garut milik pengurus PPLB tersebut berjualan tepat di samping Pasar Bandrek.

“Saya kira berbagi atau bersedekah tidak harus memberi cuma-cuma. Dengan harga itu, kami masih dapat marjin meskipun tipis, tapi kalau kita bisa jual banyak ya cukuplah buat kami. Kalau ada niatan saya dan pak haji Budi untuk bersedekah, ya mungkin beginilah caranya, menjual makanan murah. Kebetulan juga pak haji Budi pengurus PPLB, jadi kami bisa sisihkan untuk kegiatan pencak silat dan lainnya,” ujar Atep kepada hariangarutnews.com, Minggu (15/01/2023).

Warung Soto Urang Garut tidak hanya menawarkan soto ayam, tetapi juga menu lain, yaitu soto mie, soto babat, soto kikil, soto daging sapi dan mie ayam. Namun, toh sampai saat ini, soto ayam suir adalah menu yang paling banyak diminati pelanggan.

Atep menyadari, bahwa warung makan miliknya cepat dikenal masyarakat karena menawarkan harga murah di tengah ekonomi masyarakat yang semakin sulit akibat pandemi Covid-19. Warung makan murah dengan bersedekah sebenarnya sudah menjadi obsesi bagi Atep yang telah menggeluti usaha sejak puluhan tahun silam yang pernah Ia jalaninya di Jabodetabek.

Selain di Pasar Bamdrek, warung “Soto Urang Garut” berencana akan membuka cabang di tempat lain.

“Bersedekah tidak perlu menunggu untuk kaya dahulu dan khawatir miskin, jika ada kesempatan lakukanlah dengan penuh keikhlasan dan ridho hanya kepada Allah SWT. Bersedekah juga dapat menjauhkan kita dalam bahaya, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah,” ungkap Atep.

Beberapa pelanggan, menurut Atep, kadang mempertanyakan apakah Soto Urang Garut ini akan terus menjual soto ayam seharga Rp 10.000. Mereka khawatir Atep tergoda mendapatkan untung lebih besar.

“Saya tegaskan ke mereka, selama tidak sampai nombok, saya akan tetap jual soto ayam Rp 10.000. Insya Allah saya masih dapat untung dan bersedekah. Bahkan, kedepannya saya bersama pak Budi berencana akan membuka cabang di tempat lain,” ujar Atep ditemani istri, Neneng dan seorang pembantu saat menjalankan aktivitasnya.

Atep Fachrudin dan istrinya mengaku bahagia dapat menyediakan makanan murah dan bergizi kepada banyak orang, apalagi di tengah situasi ekonomi yang sulit saat ini. Bagi Atep, kerelaan pelanggan warung makannya untuk mendoakan menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk dia dan keluarga besar PPLB.

Kisah Atep penjual soto sambil bersedekah itu lantas menjadi viral. Banyak masyarakat yang terinspirasi untuk berbuat kebaikan dengan cara bersedekah kepada orang lain.

“Level sedekahnya level tinggi ini mah patut dicontoh. Dia jualannya dengan Allah, jadi nggak ngitung untung rugi. Karena udah pasti untung dapet pahala. Udah gitu, rasanya kaya di restoran, semoga berkah rezekinya,” ujar seorang pelanggan, Tatang Supriatna warga Citeras, Kecamatan Malangbong. (Igie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *