Menyisir Taman Sari Yogyakarta bersama Abdi Dalem yang Menguasai Lima Bahasa

FOKUS, MIMBAR EDUKASI1,810 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Yogyakarta memiliki bangunan peninggalan sejarah, yakni Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Wisatawan di Yogyakarta biasanya berkunjung ke sana untuk menikmati istana kerajaan masa lalu itu. Namun, kompleks Keraton Ngayogyakarta ternyata tidak hanya istana saja. Selain Alun-alun dan Masjid Agung, ternyata ada satu ikon lagi yakni Taman Sari.

Adapun Taman Sari dulunya adalah taman air milik Keraton Yogyakarta. Saat ini, pengunjung hanya bisa menyaksikan reruntuhan taman air ini. Salah satu ikon dari Taman Sari adalah kolam-kolam air. Ternyata, kolam-kolam air tersebut memiliki sejarah yang berkaitan dengan Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I, yang merupakan pendiri Keraton Yogyakarta.

Pemred Harian Garut News, Igie N Rukmana bersama Abdi Dalem, Sumpono, di Pelataran Taman Sari (Pemandian Raja) Kraton Yogyakarta

Menurut seorang abdi dalem yang bertugas menjadi guide, Sumpono (60) atau yang lebih disapa Keli menuturkan, Kompleks Taman Sari dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I sebagai tanda penghargaan atas jasa permaisuri. Sebab, sang permaisuri telah banyak turut menderita waktu Hamengku Buwono I  melakukan peperangan Giyanti.

“Nama Taman Sari dapat diartikan sebagai suatu taman yang sangat indah dan memesona. Dulunya, fungsi dari Taman Sari adalah tempat rekreasi dan peristirahatan bagi Sultan Hamengku Buwono I, permaisuri, anak-anak, dan kerabatnya,” ungkap Keli yang fasih menguasai bahasa 5 asing yakni bahasa Inggris, Perancis, Italia, Yunani, Arab dan tersebut, Senin (01/11/2022).

Sumpono atau Keli dulunya merupakan seorang guru di SMA Negeri 71 Jakarta, kawasan Cakung. Ia mengaku sudah 10 tahun menjadi abdi dalem dan ditempa/magang selama dua tahun sebelum lolos diterima pihak Keraton Yogyakarta. Sehari-hari dirinya menjadi pemandu di pelataran Taman Sari. Abdi Dalem tidak serta merta hanya bekerja untuk keraton. Menjadi abdi dalem, itu berarti harus juga menjadi abdi budaya yang mampu mencerminkan sikap teladan untuk masyarakat luas.

Keli melanjutkan ceritanya, dulu sumber air yang mengairi kompleks Taman Sari diambil dari Sungai Winongo, yang mengalir di sebelah barat Taman Sari. Awalnya, selain bangunan dan kolam, kompleks Taman Sari juga dilengkapi dengan kebun buah-buahan dan bunga. Namun, sekarang sebagian besar kebun-kebun tersebut sudah menjadi perkampungan penduduk.

Pantauan hariangarutnews.com, sepertinya wisatawan yang berkunjung ke Taman Sari wajib mematuhi protokol kesehatan, pasalnya tampak aplikasi PeduliLindungi untuk scan barcode di pos pemeriksaan. Setelah melewati pos barulah wisatawan bisa membeli tiket masuk.

Harga tiket masuk Taman Sari per orang adalah Rp 5.000. Apabila membawa kamera selain smartphone, maka pengunjung harus membayar Rp 3.000. Pengunjung yang ingin tahu lebih banyak seputar sejarah Taman Sari bisa menggunakan jasa guide atau pemandu. Adapun tarif pemandu di kawasan wisata Taman Sari adalah Rp 50.000 per orang. Nantinya pemandu akan menemani wisatawan dan menjelaskan sejarah sekaligus kegunaan bagian bangunan Taman Sari sewaktu masih berfungsi. (Igie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *