Peringati Tahun Baru Islam 1444 H, Ki Getar Bumi Berharap Umat Muslim Lebih Mawas Diri dan bermuhasabah

FOKUS1,232 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H jatuh pada Jumat, 29 Juli 2022 kemarin. Tahun baru Islam yang diperingati setiap tanggal 1 Muharram tentu terasa spesial bagi para umat Islam di seluruh dunia.

Jika pada umumnya, masyarakat merayakan tahun baru berdasarkan penanggalan masehi, Islam memperingati tahun baru berdasarkan penanggalan Hijriyah yang sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Sesepuh Padepokan Pusaka Payung Lodaya Bodas, Atep Fahrudin atau yang lebih dikenal sebutan Ki Getar Bumi ini menuturkan, Islam memiliki 12 bulan dalam satu tahun, yang empat bulan di antaranya adalah bulan yang paling dimuliakan oleh Allah SWT atau yang kerap disebut bulan haram.

“Keempat bulan haram tersebut ialah bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Selain itu, tahun baru Islam juga memiliki makna mendalam dan spesial bagi umat muslim,” ungkap Atep kepada hariangarutnews.com di kediamannya Kampung Selaawi, Desa Sukalilah, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Minggu (31/07/2022).

Kata Atep, ada tiga makna Tahun Baru Islam. Pertama hijrahnya Nabi Muhammad. Pada 1 Muharram diperingati sebagai pengingat peristiwa penting saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah yang kemudian melahirkan agama Islam.

“Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah, Islam mengalami perkembangan pesat dan semakin menyebar hingga ke Mekkah dan wilayah sekitarnya. Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah setelah memperoleh wahyu dan perintah dari Allah untuk menyebarkan ajaran Islam ke masyarakat,” terang Ki Getar Bumi.

Kedua, lanjut Atep, bentuk Perjuangan Nabi dan Para Sahabat. Tahun baru Islam juga dimaknai sebagai semangat perjuangan yang tak kenal lelah dan putus asa dalam menyebarkan agama Islam oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

“Meskipun banyak tantangan dan rintangan, Nabi Muhammad SAW dan sahabat tak pernah menyerah atau pesimis. Bahkan Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah meninggalkan tempat kelahirannya, saudara, dan harta bendanya hanya agar bisa memenuhi perintah dan wahyu yang diberikan Allah SWT,” ujar Atep.

Terkait makna Tahun Baru Islam, Atep melanjutkan, sedangkan makna yang ketiga adalah Intropeksi diri. Pergantian tahun baru Islam juga dimaknai sebagai momen untuk intropeksi diri atau muhasabah.

“Seiring waktu yang terus berjalan dan berlalu, dengan adanya tahun baru Islam, diharapkan umat muslim lebih mawas diri, introspeksi dan bermuhasabah atas segala tindakan dan perbuatan yang dilakukan selama 12 bulan,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *