Tingkatkan Kompetensi, Guru di Cibatu Garut Ikuti Workshop dan Sosialisasi Model Pembelajaran ‘RADEC’

HARIANGARUTNEWS.COM – Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, Kelompok Kerja Guru (KKG) Cibatu bekerjasama dengan program studi pendidikan dasar sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengadakan “Workshop dan Sosialisasi Model Pembelajaran RADEC” yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Pad. Wahyu Sopandi, M.A.

Tim riset RADEC dari UPI Bandung berkunjung ke Kota Garut. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah sebagai bagian dari implementasi SISTEM pembelajaran RADEC.

RADEC ini merupakan singkatan dari Read, Answer, Discuss, Explain, and Create. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk workshop ini dilaksanakan secara intensif di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Mekarsari Cibatu Kabupaten Garut dan dilaksanakan, Sabtu (23/07/2022), diikuti oleh 143 guru SD, dan 15 kepala sekolah SD dari 9 KKG di Kecamatan Cibatu.

Sebagai ketua tim, sekaligus pengembang model pembelajaran RADEC, Wahyu menjelaskan, tentang urgensi menggunakan model pembelajaran yang dapat membekali karakter, HOTS, multiliterasi, dan keterampilan abad 21 ini.

Output dari pembelajaran di kelas, menurutnya perlu secara maksimal membuat siswa memiliki semua hal yang dapat menjadi bekal dalam hidupnya. Implementasi model pembelajaran RADEC ini memungkinkan kemandirian, akhlak mulia, gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif dapat menjadi ciri diri yang dimiliki siswa.

Wahyu menjelaskan, penerapan model RADEC ini akan membiasakan siswa untuk membaca buku teks pelajaran dan sumber-sumber lain yang tersedia sebelum pembelajaran tatap muka/maya (Read), setelah itu, mereka diminta untuk menjawab secara mandiri pertanyaan prapembelajaran yang bertemali dengan sumber informasi yang telah dibacanya (Answer).

Selanjutnya, saat tatap maya/muka, siswa diminta untuk mendiskusikan hasil jawabannya dengan teman-teman kelompok kecil (Discuss). Kemudian siswa melaksanakan tahap selanjutnya yaitu tahap menjelaskan (explain) secara klasikal di depan kelas yang disimak oleh guru dan teman-teman kelompok yang lain.

“Tahap terakhir adalah mencipta (create) dimana ini akan menuntut kemampuan siswa memiliki ide mandiri (penyelidikan, pemecahan masalah atau membuat karya), menyepakati ide kelompok, merencanakan realisasi ide, merealisasikan ide, membuat laporan dan menyajikan laoprannya,” kata Wahyu.

Dalam kegiatan tersebut, Wahyu berharap bahwa setelah kegiatan workshop selesai, semua peserta kegiatan dapat berpartisipasi memasyarakatkan, meneliti atau mengimplementasikan model pembelajaran model RADEC.

Dia menekankan bahwa model pembelajaran ini tak akan kalah kualitasnya dengan model pembelajaran inovatif yang dikreasi ahli-ahli pendidikan baik dari Amerika ataupun Eropa. Sebab, Wahyu sendiri pernah mengenyam pendidikan di kedua tempat tersebut.

Berbekal dari pengalaman tersebut, dia kemudian menciptakan model pembelajaran yang lebih kontekstual dengan sistem pembelajaran yang ada di Indonesia. Dengan demikian, maka guru-guru di Indonesia tidak akan mendapatkan kesulitan ketika mengimplementasikannya di kelas. (Askos)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *