Kajian Kejam’iyyahan PK Himi STAIPI Garut

FOKUS, MIMBAR EDUKASI2,143 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Persatuan Islam (Persis), ialah salah satu organisasi masyarakat yang lahir di Indonesia pada masa pra-kemerdekaan. Bermula dari kegelisahan terhadap menyeruaknya hal-hal bid’ah, keyakinan mistis, takhayul dan pemahaman khurofat di tengah masyarakat, Persis hadir, dengan K.H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus sebagai dalang utamanya, bertujuan untuk mengembalikan masyarakat pada ajaran Quran dan Sunnah yang benar.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum PK Himi Persis STAIPI Garut periode 2021-2022, Asri Nurhuda, yang menjadi pemateri dalam forum Kajian Diskusi (KADUS) Himi Persis PK STAIPI, pada Jum’at (29/10/2021).

“Tujuan tersebut, sejatinya merupakan tujuan yang mengabadi, mendarah daging dalam tubuh dan perjalanan Persis itu sendiri.” tutur Asri.

Lanjut disampaikan Asri, kajian tersebut ialah kajian edisi kedua, yang dipusatkan di Masjid Akhwat Kampus STAI Persis Garut. Antusiasme dan partisipasi para kader ataupun calon kader juga terukur cukup memuaskan, dengan jumlah kehadiran yang mencapai 30 orang.

Asri Nurhuda juga menjelaskan bahwa dalam merealisasikan tujuannya, para tokoh Persis atau ketua umum Persis dari masa ke masa memiliki corak gerakan yang tak sama. A. Hassan yang dikenal sebagai guru besar pertama Persis lebih banyak bergerak dalam persoalan keagamaan dan ilmu-ilmu fiqih.

Kemudian, lanjut Asri, M. Natsir bergelut di bidang politik hingga disebut sebagai politikus Persis; K.H. Isa Anshori mencakup corak gerakan A. Hasan dan M. Natsir sehingga disebut sebagai tokoh representasi. K.H. E. Abdurrahman fokus pada bidang pendidikan dan disebut sebagai ulama besar Persis kedua setelah A. Hasan.

Selanjutnya, K.H. Latief Mukhtar berorientasi pada intelektualitas umat serta pergerakannya yang progresif dan K.H. Shiddiq Amin yang menitikberatkan pada kemajuan dan perkembangan pesantren-pesantren Persis.

Masih kata Asri, selain Persis pada masa pra-kemerdekaan saat itu marak pula berdiri organisasi-organisasi lain di Indonesia, seperti Budi Utomo juga organisasi yang sama-sama berlandaskan pada ajaran Islam seperti Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad dan Hizbut Tahrir.

Bidgar Kajian Keilmuan PK Himi Persis STAIPI Garut, Fitri Nurlaeli Sakinah, mengatakan, dalam kajian diskusi, seluruh hadirin ditugaskan untuk menjelaskan sekilas materi mengenai organisasi-organisasi tersebut secara berkelompok.

“Materi yang dimaksud mencakup sejarah berdirinya, biografi tokoh-tokohnya, corak gerakannya dan eksistensinya hari ini di Indonesia. Pemaparan kelompok serta diskusi atau tanya jawab pun berjalan cukup lancar,” tuturnya.

Di penghujung kajian, Asri Nurhuda menyampaikan seutas nasihat tersirat yang sangat bermakna, mengingatkan iltizam para kader Himi Persis sebagai penuntut ilmu sejati, “Pengetahuan mengenai hal ini (sejarah organisasi-organisasi massa di Indonesia) menjadi penting, bagi mereka yang menganggapnya penting. Dan menjadi tidak penting, bagi mereka yang menganggapnya tidak penting. Semoga, kita tidak menjadi golongan yang kedua”. (Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *