Kedua Menteri RI ini Sebut Batik Sebagai Soft Power dan Warisan Dunia, di Garut Rumah Penulisnya Tergerus PT KAI

FOKUS584 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan bahwa batik Indonesia telah diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of The Oral and Intagible Heritage of the Humanity).

Sandiaga mengatakan, potensi batik Indonesia tidak hanya perlu dilestarikan, tapi juga dikembangkan. Pernyataan itu disampaikan Sandiaga saat memperingati Hari Batik Nasional 2 Oktober 2021 melalui kegiatan virtual yang digelar Mitra Seni Indonesia (MSI) bertema ‘Batik Sekitar Kita’.

Sementara, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan batik sebagai soft power diplomasi Indonesia yang semakin kokoh sudah dan diakui dunia. Karena itu, Kementerian Luar Negeri sebagai ujung tombak diplomasi Indonesia akan terus berupaya menghadirkan batik sebagai identitas bangsa dalam berbagai kesempatan di panggung dunia.

“Batik Indonesia semakin kokoh dan sebagai bagian dari integral soft power diplomasi Indonesia,” kata Retno dalam sambutannya pada peringatan “Hari Batik Nasional 2021: Hibah Batik dari BINHouse dan Peminjaman Batik Lawas dari Yayasan Batik Indonesia kepada Perwakilan RI di Luar Negeri” secara virtual di Jakarta, Sabtu (02/10/2021) kemarin.

Harapan yang sangat luar biasa dari kedua menteri RI tersebut tidak sebanding lurus dengan kondisi pengrajin batik di Garut, Jawa Barat. Kurnaesih (72) yang akrab dipanggil Mak Enong misalnya, warga Jalan Mawar, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota ini sudah puluhan tahun menjadi penulis batik Asli Garut. Namun miris, pasca rumahnya tergusur reaktivasi PT KAI, hingga saat ini Ia belum memiliki tempat tinggal yang layak.

Kondisi tersebut justru tidak menghentikan pengrajin batik menorehkan canting di kain yang sedang dipegangnya. Dengan cekatan, tangan perempuan baya yang telah puluhan tahun ditinggal wafat suaminya ini menciptakan kain batik indah khas Garutan. Seakan sudah hapal di luar kepala, tangan Mak Enong terlihat begitu mudah membuat pola batik. Menulis batik butuh ketekunan, dan tidak semua orang bisa melakukannya.

“Penghasilan dari membatik hanya cukup buat makan saja, rumah kontrakan harus dibayar tiap bulan. Almarhum suami Mak dulu masinis, tapi sekarang justru rumah mak tergerus pembangunan PT. KAI. Mak ingin punya rumah sendiri,” ucap Mak Enong, Minggu (03/10/2021) saat diwawancara awak media terkait Hari Batik Nasional.

Kepada hariangarutnews.com Mak Enong mengaku hasil karya batik tulis asli Garutan, suka dibeli oleh Bupati dan Wakil Bupati Garut. Dia bersyukur, kebutuhannya sementara bisa tertutupi. Namun tidak menjamin untuk berhenti berpikir bagaimana melunasi kontrakan untuk bulan berikutnya. Padahal dari goresan tangan karya Mak Enong, telah dinikmati pebatik dari Indonesia maupun mancanegara. (Igie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *