Lupakan “Dosa” Makan di Malam Hari, Tak Lengkap Berkunjung ke Garut Tanpa Mencicipi Menu di Wisata Kuliner Kerkhof

FOKUS2,381 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Virus Corona tidak hanya mematikan untuk manusia, akan tetapi virus juga ini mematikan berbagai aspek dari kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi, karena masyarakat diwajibkan untuk mengurangi segala aktivitas di luar rumah. Banyak perusahaan yang bangkrut, tutup. Masyarakat yang bekerja pada bidang formal diarahkan Work From Home (WFH) namun tidak sedikit juga pekerja yang dirumahkan bahkan di-PHK.

Melihat kondisi seperti ini, masyarakat Kabupaten Garut dituntut untuk tetap bertahan dan memicu berbagai kreativitas yang baru. Beragam inovasi dilakukan sebagai bentuk adaptasi. Para pengusaha dan mereka yang terdampak PHK beralih bisnis atau memulai usaha baru untuk survive.

Banyak sekali masyarakat yang kini mendirikan bisnis dan usaha baru. Mereka harus bertahan hidup ditengah pandemi. Salah satunya Wisata Kuliner Kerkhof yang ada di Jalan Merdeka, Kecamatan Tarogong Kidul, menyajikan usaha yang bergerak dibidang kuliner ini dibuka untuk memenuhi keberlangsungan hidup mulai pukul 16.00 sampai dengan 22.00 WIB.

Menikmati menu malam hari dengan konsep tempat alam terbuka sangat diminati masyarakat yang berkunjung ke Wisata Kuliner Kerkhof.

Awalnya para pelaku UMKM ini biasanya berjualan di kawasan Kerkhof, hingga kini atas campur tangan dingin Ketua UPT Kerkhof dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Garut, Endang Rustandi, mereka bersama pengelola Wiskul Kerkhof lainnya mendirikan gerai makanan untuk pelanggannya.

Wisata Kuliner Kerkhof yang diresmikan Bupati Garut, Rudy Gunawan, pada Minggu (17/04/2021) lalu ini menyajikan berbagai menu dengan nuansa alam terbuka tepat di samping lapangan SOR Merdeka Kerkhof. Dari jajanan Sop Makasar, Susu Jahe, Ayam Gorowok, Nasi Koboi dan lainnya merupakan inovasi tergerak untuk masyarakat yang menyukai makanan dengan olahan bahan alami serta rasa yang baru untuk dinikmati.

Usaha lainnya, Warung Maisya dan Desty dengan aneka makanan dan minuman yang fresh untuk para pelanggannya. Selanjutnya olahan Nurhasanah dengan kemasan gelasan dengan usaha “Varian Mix”, bagi penikmat pelepas dahaga berbagai rasa. Bergelut dalam bisnis jajanan Timur Tengah khasnya kebab kini telah berdiri “Warung Lusi”. Dan masih banyak lainnya usaha-usaha masyarakat Garut yang bertahan hidup di tengah wabah pandemi ini.

Pengelola Wiskul Kerkhof suguhkan live music dan karaoke bagi para pengunjung.

“Berdiam diri di rumah bukan menjadi alasan untuk tidak produktif dan berhenti berkarya. Terlebih usaha-usaha terkait kebutuhan masyarakat tersebut bisa dimulai dari rumah dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Hal ini diharapkan masyarakat Garut untuk berkreativitas dan berinovasi dalam berbagai sektor untuk memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan hidup,” jelas Kepala UPT Kerkhof, Endang Rustandi, kepada hariangarutnews.com, Sabtu (05/06/2021)

Pengelola Wiskul Kerkhof lainnya, Nurul Safarid mengatakan, lokasi jajanan di kawasan Kerkhof ini sekarang menjadi tempat favorit berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa sampai orang dewasa. Kini Wiskul Kerkhof banyak dipilih untuk berkumpul, entah untuk mengobrol berjam-jam atau sambil mendengarkan alunan musik yang disuguhkan pengelola.

“Nuansa alam yang dihadirkan membuat suasana menjadi lebih rileks. Masyarakat bahkan bisa merasa seperti sedang vakansi di alam terbuka. Kami memang mengadopsi konsep makan dan minum dengan nuansa natural. Terdapat sejumlah tempat duduk yang memang sengaja disebar untuk pengunjung. Sedang di bagian sisi kanan-kirinya terdapat rerimbunan pohon,” terang Nurul.

Menurut Nurul, Wiskul Kerkhof sangat cocok menjadi wadah berkumpul kalangan dari berbagai usia, termasuk kawula muda atau milenial yang ingin mencari menu santapan khas sekaligus menikmati suasana alam terbuka. Apalagi saat ini kepenatan imbas pandemi kian memuncak lantaran masih ditutupnya sarana rekreasi.

“Ditengah dinginnya udara malam hari di Garut, hal yang paling cocok dilakukan tentunya adalah makan. Dan kalau sekarang orang kebanyakan sudah merasa penat makan di tempat-tempat gedung yang kiri-kanannya cuma tembok, terus tempat wisata juga belum dibuka, keramaian dibatasi karena pandemi. Mereka bosan dengan keterbatasan itu. Sehingga sekarang mereka lebih mencari area alam terbuka, asri dan nyaman sambil menikmati kuliner, tapi tentu tetap menerapkan protokol Covid,” pungkasnya. (Igie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *