Tempat Kasir Dibiarkan Mengekor, Peluang Pelanggaran Prokes di Pusat Perbelanjaan Garut

Oleh : Rinda Cahyana, S.T., M.T.
(Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Garut)

HARIANGARUTNEWS.COM – Pergerakan saat mudik dan saat belanja di pasar atau supermarket adalah persoalan yang ada dalam keseharian kita menjelang lebaran. Angka statistik menunjukan, lonjakan kasus selepas mudik lebaran sangatlah tinggi. Itulah sebab kenapa pemerintah mengurangi waktu cuti lebaran dan melarang mudik bersamaan dalam rentang waktu sesuai pola kebiasaan pemudik, dan membiarkan mudik di waktu lainnya.

Dalam kesempatan tugas luar kota dan mudik di luar tanggal larangan, saya merasakan kondisi jalan dan tol relatif lengang. Sementara itu, tidak jarang pasar menjadi kluster baru yang diketahui saat ada banyak penjual atau pegawai yang terinfeksi. Dalam hal ini, pemerintah mewajibkan penerapan protokol kesehatan kepada semua pengelola pasar. Seminggu sebelum lebaran, saya berkesempatan untuk mengamati kondisi beberapa supermarket di Garut.

Protokol kesehatan nampak telah diupayakan oleh semua pengelola toko, seperti titik cek di mana Satpam memeriksa kelengkapan masker dan suhu tubuh, petunjuk jalur masuk dan keluar atau naik dan turun, posisi berdiri saat berada dalam lift dan antrian. Di salah satu supermarket, satpam berdiri di titik masuk lantai toko dan mengingatkan pengunjung yang tidak mengenakan masker. Umumnya satpam hanya berdiri di titik masuk. Namun sayangnya tidak tersedia banyak titik pembayaran, sehingga terjadi antrian pelanggan yang akan membayar. Sementara itu, supermarket lainnya membuka banyak titik pembayaran untuk memecah antrian.

Kami perhatikan dibeberapa supermarket ada penurunan pelaksanaan prokes dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pemeriksaan tubuh alakadarnya, pemeriksaan tubuh mandiri tanpa arahan dan pengawasan petugas, dan bahkan ada yang tidak melaksanalan pemeriksaan tersebut di titik masuk pengunjung walau petugas keamananya nampak berjaga di lantai ramai pengunjung.

Umumnya supermarket telah memasang tanda batas untuk menjaga jarak pembeli yang mengantri di titik pembayaran, namun ada banyak pengunjung yang tidak menghiraukannya. Saya belum melihat ada petugas kasir atau keamanan yang mengingatkan masalah antrian tersebut. Demikian pula dengan tanda jalur masuk dan keluar, pihak pengelola telah memasangnya. Namun pengunjung tidak memperhatikan tanda tersebut, sehingga dalam beberapa waktu terjadi tabrakan antara pengunjung yang masuk dan keluar.

Kerumunan di supermarket yang mengerikan terjadi di etalase. Ruang jalur pengunjung nampak sempit karena banyaknya etalase yang dipajang. Hal tersebut menimbulkan kondisi berdesakan. Pengelola toko nampaknya kesulitan untuk menjaga jarak pengunjungnya di bagian ini. Saya berusaha mengambil jalur yang tidak terhambat oleh pengunjung yang berdiri memilih-milih baju di etalase, seperti dalam permainan Pacman.

Sesuatu ditransmisikan dari tubuh pengunjung ke sesuatu di etalase yang disentuhnya. Saya selalu membasuh tangan dengan hand sanitizer setiap menyentuhnya. Pengunjung lain yang tidak membawa hand sanitizer entah membasuh tangannya atau tidak, Saya perhatikan, titik basuh tangan di luar titik masuk kondisinya sepi pengunjung.

Sama halnya dengan mudik, belanja menjelang lebaran merupakan tradisi atau kebiasaan masyarakat yang menjadi perhatian pemerintah. Seminggu menjelang lebaran, jalanan pasar mulai ramai sebagai tanda kebiasaan tahunan itu dimulai. Saat itu, pemerintah dan pengelola toko perlu meningkatkan pengawasannya dan menambah personel pengawasnya utk memastikan prokes ditaati pengunjung. Para pengunjung akan merasa terbatasi, dan pengelola toko akan merasa mengeluarkan biaya ekstra, tetapi inilah kondisi di era pandemi yang membutuhkan disiplin, kesabaran, dan kerjasama dgn keuntungan yg mungkin tidak seperti kondisi sebelum pandemi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *