Ironis, Ini Kisah Keluarga Siswi Berprestasi Asal Cibatu Garut yang Terpaksa Jual Kain Sarung Demi Menyambung Hidup

FOKUS1,288 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Siti Masrifah, itulah nama seorang siswi MAN 5 Garut yang punya prestasi baik sejak menjadi pelajar di Mts Al-Hidayah Karoya, Kecamatan Cibatu. Siti sendiri tinggal bersama ibu, kakak dan neneknya, setelah sepeninggalan ayah mereka 11 tahun lalu karena penyakit lambung kronis yang diderita. Siti sendiri kini berada di kelas XI IPA MAN 5 Garut.

Sedangkan Enawati (60), Ibunda Siti, bekerja serabutan dengan penghasilan yang sangat terbatas. Prestasi Siti dibuktikan dengan ia yang selalu mendapat peringkat 1 selama 6 tahun di jenjang Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah dengan mendapat skor tertinggi di antara semua siswa di sekolahnya.

Saat duduk di bangku Tsanawiyah Al-Hidayah Karoya Kecamatan Cibatu, Siti selalu mendapat rangking pertama.

Setelah kepergian sang ayah, Siti yang sebelumnya sangat dekat dengan almarhum, merasakan kehilangan yang begitu besar, hal ini membuat ia hampir putus asa dan seolah tak memiliki arti lagi untuk hidup. Namun, semasa hidupnya, mendiang ayah Siti selalu memberikan semangat, maka Ia pun menjadikan semangat yang selalu ayahnya berikan dulu sebagai motivasi untuk menggapai cita-citanya.

“Waktu itu Siti masih kelas 5 SD saat ditinggal ayahnya. Hingga sekarang dia masih belum sepenuhnya menerima kepergian sang ayah yang sangat tiba-tiba itu,” tutur Enawati sambil menahan tangis.

Hingga kelas XI di MAN 5 Garut, Siti terus-terusan mendapat rangking kesatu. Hanya tak sekalipun ia mendapat bantuan beasiswa.

Disampaikan Enawati, Siti merupakan anak yang cerdas dan rajin. Waktu belum masa pandemi, tak seharipun Siti bolos sekolah. Kegigihan Siti berbuah manis, terus-menerus mendapat peringkat satu sejak usia SD hingga duduk di bangku SMA adalah bukti karena memang Siti anak yang pintar.

“Dulu Siti pernah mendapat penghargaan dan bantuan dari pihak televisi Trans 7 sebagai siswa berprestasi, namun sekarang tidak lagi. Sekarang semakin berat, saya harus terus bekerja keras setelah tidak lagi mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari pemerintah,” terang Enawati warga Kampung Rajapolah RT02/07, Desa Sukalilah, Kecamatan Cibatu, Senin (05/04/2021).

Siti pernah mendapat penghargaan dan bantuan dari Trans 7.

Sungguh ironis, disaat Bupati Garut Rudy Gunawan meminta bansos PKH yang diterima dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka agar bisa bersekolah dan berprestasi, sehingga harapan Bupati Garut agar hal tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan derajat hidup masyarakatnya, bantuan PKH dan BPNT pada keluarga siswi berprestasi ini justru terhenti.

“Siapapun anak-anak yang berprestasi harus diberikan penghargaan. Kami juga meminta kepada masyarakat untuk melaporkan jika masih ada keluarga yang tergolong kurang mampu belum menerima bansos PKH dari pemerintah. Sebab peran masyarakat dalam melakukan pembaharuan data-data masyarakat miskin sangat diperlukan agar seluruh bantuan yang diberikan oleh pemerintah bisa tepat sasaran kepada mereka yang membutuhkan,” ujar Bupati Garut beberapa waktu lalu.

Diberitakan sebelumnya, untuk mempertahankan hidup dan biaya sekolah Siti, keluarga Enawati sempat menjual kain sarung karena mengalami kekurangan makanan dan obat-obatan serta tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat. Beruntung, salah satu komunitas dari Kelompok Kerja (Pokja) Salarea Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut menyalurkan bantuan Sembako guna meringankan beban hidup keluarga Enawati. (JM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *