Kisah Mak Emin, Warga Cibiuk Garut yang Rumahnya Nyaris Ambruk dan Malah Diminta Uang Rp15 Juta

FOKUS4,083 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Pada usianya yang sudah menginjak 75 tahun, Mak Emin Aminah, warga Kampung Ciawi Kepuh RT03/07, Desa Majasari, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, harus tinggal di rumah panggung yang sudah tidak layak huni. Bahkan rumah tempat Mak Emin bernaung itu sudah hampir ambruk.

Pantauan hariangarutnews.com, kondisi rumah berukuran 5 x 9 meter itu memang memprihatinkan. Dari lima ruangan, hanya ruang belakang yang masih bisa ditempati.
Bagian pintu dapur hanya ditopang satu engsel. Untuk membukanya tidak bisa langsung, melainkan harus diangkat terlebih dahulu karena bangunan sudah miring.

Atap rumah Mak Emin sebagian menggunakan terpal yang sudah robek.

Kamar dan dapur juga sudah rusak parah. Bilik bambu dan atap yang menghalangi hujan atau teriknya panas matahari mulai rapuh. Di belakang rumah, satu balok kayu dan bambu dipasang sebagai penyangga. Pasalnya, rumah tersebut sudah miring dan hampir ambruk.

Mak Emin mengaku cukup khawatir dengan kondisi rumahnya kini. Pasalnya, rumah peninggalan suaminya yang telah meninggal itu sewaktu-waktu bisa saja ambruk. Selain dinding sekelilingnya berlobang. Disamping itu, genting atapnya banyak yang runtuh dikarenakan plafon pada atapnya yang terdiri dari bambu termakan usia.

Bagian samping rumah Mak Emin, atapnya sudah mulai roboh.

“Emak mah tidur kadang di tengah rumah, ngampar  karpet. Kamar kan sudah rusak, kalau pas lagi tidur lalu turun hujan kamar suka bocor,” ungkap Mak Emin saat ditemui di rumahnya, Sabtu (27/12/2020).

Mak Emin mengaku tidak memiliki uang untuk memperbaiki rumahnya tersebut. Pendapatannya sehari-hari sebagai buruh tani hanya cukup untuk biaya hidup. Bahkan, sejak beberapa hari lalu, dia mengandalkan pemberian cucunya lantaran Mak Emin sakit dan tidak bisa bekerja.

Anak Mak Emin, yang kini tinggal bersamanya, tidak bisa banyak membantu karena secara ekonomi juga pas-pasan, sehingga dia memilih tetap bertahan di rumah yang tidak layak huni serta mengancam keselamatannya itu.

Ruangan dapur, saat turun hujan kebocoran sudah tak bisa dihindari.

“Ditenang-tenangin saja, mau gimana lagi. Suka bingung pas turun hujan. Atap rumah Emak suka bocor,” kata Mak Emin.

Popong (44) anak tertua Mak Emin, menjelaskan rumah orangtuanya rusak sejak beberapa tahun lalu. Dalam dua bulan terakhir, kerusakannya semakin parah.

“Kalau rusak, kayak bilik yang bolong atau yang bocor, sudah lebih dari puluhan tahun. Kalau miringnya  sekitar lima tahunan. Yang pasang bambu penahannya kebetulan suami saya, karena khawatir roboh kalau tidak ditahan,” ungkap Popong.

Di dapur inila tempat Mak Emin memasak makanannya.

Menurutnya, Mak Emin sempat mendapat penawaran dari salah satu partai politik untuk mendapatkan bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni. Namun, karena harus menyiapkan biaya awal sebesar Rp15 juta yang harus ditanggung sendiri, Mak Emin memilih tidak menerimanya.

“Dulu ada orang partai mau datang membantu, namun oleh Mak ngga diterima, masalahnya sebelum direhab minimal harus mengeluarkan uang sekitar Rp 15 juta, sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari saja pas-pasan,” kata dia.

Dia berharap, pemerintah daerah bisa segera memberi bantuan pada Mak Emin yang tinggal di rumah tidak layak huni tersebut.

“Harusnya, ketika ada bantuan itu si penerima tidak harus mengeluarkan uang. Kasihan, apalagi seperti Mak Emin yang serba-kekurangan,” tambahnya.

Hal ini, dibenarkan oleh sejumlah warga setempat. Menurutnya, pernah disampaikan kepada pemerintahan setempat.

“Rumah Mak Emin ini sudah diketahui pemerintahan setempat, tapi terkesan dibiarkan. Ada juga dulu yang mendapat bantuan rutilahu sebesar Rp17 juta, tapi Mak Emin gak kebagian. Buktinya sampai saat ini, rumah yang dihuni Mak Emin mau roboh,” tutur warga.

Agar, lanjut mereka, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, harapan mereka pemerintah setempat segera menyalurkan bantuan. (Gie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *